Senin, 08 September 2014

Analisis Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Timur



ANALISIS KUMPULAN CERITA RAKYAT
NUSA TENGGARA TIMUR


 




NAMA-NAMA KELOMPOK
Ø AGUSTINUS RAJA LAMA
Ø FREDERIKUS O. IKUN
Ø GEOVANI RICKY SAMARA
Ø JOAO CARLOS DA SILVA
Ø MARIO YUVEN O. B. TAE
KELAS
XI ALAM 1
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 ATAMBUA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013


DAFTAR ISI


JUDUL                                                                                   HALAMAN
BAGIAN 1  BETE DOU NO MANE LORO                                      3
BAGIAN 2 LEGO-LEGO PUTRI LIMAU                                       13
BAGIAN 3 BULAN MATAHARI DAN MANUSIA                       22
BAGIAN 4 LEGENDA BUKIT  FAFINESU                                    32
BAGIAN 5 DAHU MORIN                                                               37













BAGIAN 1
Bete Dou No Mane Loro
(OLEH : Agustinus Raja Lama)

Alkisah, di daerah Nusa Tenggara Timur, hiduplah seorang raja yang bertahta di Kerajaan Wefulan. Sang Raja mempunyai seorang putri yang cantik jelita bernama Bete Dou. Sejak dalam kandungan hingga dewasa, ia sangat disayangi oleh kedua orangtua dan kakak laki-lakinya yang bernama Manek Bot. Sang Raja dan permaisuri berharap sang Putri akan membawa berkah untuk kesejahteraan kerajaan dan seluruh rakyatnya. Untuk itu, mereka berniat untuk memingit sang Putri agar kesuciannya tetap terjaga.
Suatu hari, sang Raja memanggil putranya, Manek Bot, untuk menghadap kepadanya.
“Ada apa gerangan Ayahanda memanggil Nanda?” tanya Manek Bot.
“Begini, Putraku! Ayah ingin memingit adikmu. Di belakang istana ini, ada sebuah pohon beringin yang besar dan rimbun. Buatkanlah dia sebuah rumah kecil di atas pohon itu! Setelah itu, Ayah mengamanatkan kepadamu untuk mengawasinya!” perintah sang Raja.
Manek Bot pun segera melaksanakan perintah ayahandanya. Dengan dibantu oleh beberapa pengawal istana, ia pun berhasil membangun sebuah rumah kecil di atas pohon beringin itu dalam waktu sehari. Untuk sampai ke rumah itu, Manek Bot membuat sebuah tangga yang terdiri dari tujuh buah anak tangga besar, tujuh buah anak tangga sedang, dan tujuh buah anak tangga kecil. Rumah dan tangga tersebut kesemuanya terbuat dari kayu cendana yang harum semerbak.
Setelah pembangunan rumah itu selesai, sang Raja pun menyuruh putrinya untuk tinggal di atas pohon itu. Mulanya, sang Putri menolaknya, karena ia tidak ingin hidup kesepian. Namun, setelah dibujuk oleh ibundanya, akhirnya ia pun bersedia pindah ke tempat tinggal barunya itu.
Sejak itu, Putri Bete Dou menjalani hidupnya seorang diri di rumah kecil itu. Untuk mengisi kesepiannya, setiap hari ia menyibukkan diri dengan menyulam dan mengayam tikar. Pada malam harinya, ia selalu melantunkan lagu-lagu sedih, seakan melukiskan kesepiannya hidup sendirian. Senandungnya yang terbawa angin malam menggetarkan telinga orang yang mendengarnya.
Pada suatu malam purnama, seorang putra mahkota dari Kerajaan Loro yang bernama Mane Loro mendengar alunan suara merdu sang Putri. Suara merdu yang terdengar sayup-sayup dari kejauhan itu membuat hati sang Pangeran bergetar dan penasaran ingin mengetahui suara siapakah itu. Dengan kesaktiannya, ia segera terbang mencari sumber suara itu. Tak berapa lama, ia pun tiba dan menjejakkan kakinya di atas pohon beringin. Ia terkejut melihat sebuah rumah kecil yang indah berada di atas pohon. Keterkejutannya pun semakin menjadi setelah mengetahui bahwa sumber suara itu berasal dari dalam rumah itu.
“Aneh! Kenapa ada rumah di atas pohon ini?” tanyanya dalam hati dengan heran.
Perlahan-lahan, Mane Loro pun berjalan mendekati pintu rumah itu dan mencoba melihat ke dalam melalui sebuah lubang kecil. Ia pun tersentak kaget ketika melihat ada seorang putri cantik jelita sedang menganyam tikar sambil bernyanyi.
“Aduhai... bukan hanya suaranya yang merdu, tapi wajah gadis ini pun cantik nan rupawan,” ucap Mane Loro dengan kagum.
Saat itu pula, Mane Loro langsung jatuh hati melihat kecantikan gadis itu dan tidak sabar lagi ingin menemuinya. Ia pun mengetuk pintu dengan perlahan-lahan seraya memanggil gadis yang berada di dalam rumah itu.
“Selamat malam, Gadis cantik! Bolehkan saya meminta bantuan?”
Mendengar ada suara orang meminta bantuan, sang Putri pun menghentikan senandungnya dan segera beranjak menuju pintu. Dari balik pintu rumahnya, ia mencoba melihat ke luar melalui sebuah lubang kecil. Namun karena cahaya remang-remang, ia tidak bisa mengenali wajah laki-laki yang sedang berdiri di depan pintunya.
“Maaf, Tuan! Anda siapa dan berasal dari mana?” tanya sang Putri dari balik pintu.
“Nama saya Mane Loro dari Kerajaan Loro,” jawab Mane Loro.
“Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya sang Putri.
“Saya sangat kagum pada suara merdumu. Bolehkah saya masuk?” pinta Mane Loro.
Putri Bete Dou merasa terpuji dengan ucapan Mane Loro. Tanpa disadarinya, ia pun membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Saat melihat ketampanan dan kegagahan laki-laki itu, sang Putri pun langsung terperangah. Matanya menatap wajah laki-laki itu tanpa berkedip sedikit pun. Mane Loro pun membalasnya dengan tatapan yang tajam dan penuh arti.
Sesaat kemudian, sang Putri mempersilahkan pemuda itu masuk ke dalam rumah dan segera menutup pintunya kembali. Ia takut ada orang yang mengetahui keberadaan laki-laki itu di rumahnya dan melaporkan kepada ayahandanya. Setelah itu, mereka saling berkenalan lebih jauh. Dalam waktu singkat, keduanya sudah tampak akrab dan saling bersendau gurau.                                                                                          
        Beberapa hari kemudian, mereka pun menjalin hubungan kasih dan siap untuk melanjutkan hubungan mereka sampai ke jenjang pernikahan.
Pada bulan purnama berikutnya, Mane Loro melamar Bete Dou, dan Bete Dou pun siap untuk sehidup semati bersama Mane Loro. Akhirnya, keduanya pun menikah tanpa sepengetahuan orang tua mereka masing-masing. Sejak itu, setiap malam Mane Loro tidur bersama Bete Dou di rumah itu. Saat subuh menjelang, Mane Loro sudah harus kembali ke istananya agar tidak ketahuan oleh keluarga Bete Dou.
Sebulan kemudian, ayah Mane Loro jatuh sakit. Oleh karena itu, malam-malam selanjutnya Mane Loro tidak bisa mengunjungi istrinya, karena harus menunggu ayahnya. Hal itu membuat hati Bete Dou menjadi sedih.
Pada suatu malam, Manek Bot datang mengunjungi adiknya untuk melihat keadaannya. Ternyata, kedatangannya yang secara tiba-tiba tersebut membuat sang Putri menjadi panik, karena belum sempat menyembunyikan sepasang pakaian Mane Loro yang masih tergantung di dinding rumahnya. Manek Bot pun tersentak kaget saat melihat ada pakaian laki-laki di rumah adiknya.
“Hai, kenapa ada pakaian laki-laki di rumahmu? Pakaian siapakah itu?” tanya Manek Bot.
Mendengar pertanyaan itu, Putri Bete Dou hanya diam dan menunduk. Tubuhnya pun gemetar karena ketakutan.
“Hai, Bete Dou! Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku?” bentak Manek Bot.
“Ma... ma... maafkan Adik, Kak! Pakaian itu milik suami Adik,” jawab Bete Dou dengan gugup.
Mendengar jawaban adiknya itu, telinga Manek Bot bagai disambar petir. Wajahnya tiba-tiba memerah bagai terbakar api.
“Apa katamu? Pakaian suamimu? Sejak kapan kamu menikah? Lalu, siapa suamimu itu?” tanya Manek Bot dengan penuh amarah.
“Sebulan yang lalu, Adik menikah secara diam-diam dengan Mane Loro, putra mahkota Kerajaan Loro,” jawab Bete Dou.
“Dasar anak gadis tidak tahu malu!” bentak Manek Bot.
Amarah Manek Bot pun semakin memuncak. Ia benar-benar merasa malu karena perbuatan adik satu-satunya itu. Ia merasa sia-sia membuat rumah cendana di atas pohon beringin itu. Ia tidak mau melihat adiknya lagi. Ia pun segera turun dari rumah meniti anak tangga satu per satu dengan tangan terkepal. Saat kakinya berpijak di tanah, Manek Bot berhenti dan berteriak memanggil adiknya.
“Hai, Bete Dou! Turunlah ke bumi! Engkau telah membuat malu keluarga dan kerajaan!” seru Manek Bot.
Sang Putri pun semakin gemetar ketakutan, karena ia merasa bersalah dan wajar jika kakaknya sangat marah kepadanya. Ia pun sangat menyesal telah menikah dengan Loro Manek tanpa sepengetahuan ayahanda, ibunda, dan kakaknya. Namun, apa hendak dikata, rahasianya terbongkar. Ia hanya bisa pasrah untuk menerima hukuman dari kakaknya.
Dengan langkah perlahan-lahan, Bete Dou turun dari rumahnya dengan meniti anak tangga satu per satu sambil mendendangkan lagu derita. Ketika tiba di anak tangga pertama, ia pun langsung mendapat hukuman dari kakaknya. Tak ayal lagi, tubuhnya tersungkur ke tanah dan meninggal seketika.
. Sementara itu di Kerajaan Loro, Mane Loro yang sedang tertidur di samping ayahnya, tiba-tiba tersentak dari tidurnya. Firasatnya langsung tertuju kepada istrinya.
“Sepertinya aku mempunyai firasat buruk tentang istriku. Jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya,” pikirnya.
Tanpa berpikir panjang, Mane Loro segera terbang meleset menuju ke rumah istrinya. Dalam waktu sekejap, ia pun tiba di rumah istrinya. Namun, kedatangannya sudah terlambat. Ia mendapati istrinya sudah tidak bernyawa lagi. Dengan kesaktiannya, ia melesat bagai burung Rajawali, lalu menyambar tubuh istrinya yang tergelatak di tanah, kemudian menerbangkannya menuju ke istananya. Manek Bot hanya terperangah menyaksikan peristiwa tersebut.
Sesampainya di istana, Mane Loro segera mengobati istrinya. Dengan kesaktiannya dan atas kehendak Tuhan yang Mahakuasa, Putri Bete Dou pun hidup kembali. Sang Putri sangat heran saat melihat suaminya berada di sampingnya dan dikelilingi oleh dayang-dayang yang tidak dikenalnya.
“Kanda! Dinda ada di mana dan mereka siapa?” tanya sang Putri sambil menunjuk ke arah dayang-dayang tersebut.
“Tenanglah, Dinda! Saat ini Dinda sedang berada di istana Kanda. Mereka itu adalah dayang-dayang istana ini,” jawab Mane Loro seraya menceritakan semua peristiwa yang telah dialami istrinya hingga bisa berada di istana itu.
“Kini Kanda menyadari bahwa tindakan kita selama ini memang keliru, karena menikah secara diam-diam tanpa meminta restu dari orang tua kita masing-masing. Inilah saatnya kita meminta restu kepada orang tua Kanda,” bujuk Mane Loro.
“Baiklah, Kanda! Dinda juga merasa sangat bersalah kepada keluarga Dinda. Dinda sangat menyesal, karena tidak menghiraukan nasehat mereka,” kata Bete Dou.
Akhirnya, Mane Loro dan Putri Bete Dou meminta restu kepada orang tua Mane Loro. Bete Dou pun terima dengan baik sebagai menantu Raja Loro. Setelah beberapa lama tinggal di istana Kerajaan Loro, Putri Bete Dou mengajak suaminya untuk menghadap orang tuanya yang berada di Kerajaan Wefulan.
“Kanda! Kini saatnya kita meminta restu kepada orang tua Dinda. Kapan kita akan menemui mereka?” tanya Putri Bete Dou.
“Kanda kira, lebih cepat lebih baik, Dinda!” jawab Mane Loro.
Keesokan harinya, Mare Loro dan istrinya berangkat ke istana Wefulan untuk menemui orang tua Bete Dou. Mereka berangkat dengan arak-arakan pengawal istana yang membawa barang-barang bawaanuntuk diserahkan kepada orang tua Bete Dou.
Setibanya di istana Wefulan, mereka disambut oleh raja dan permaisuri Kerajaan Wefulan. Saat berada di hadapan Raja Wefulan, Putri Bete Dou bersama Mare Loro segera bersujud memohon ampun atas kesalahan yang telah mereka perbuat selama ini. Setelah itu, mereka memohon agar sang Raja dan permaisuri merestui pernikahan mereka. Melihat kesungguhan dan ketulusan cinta Bete Dou dan Mane Loro, akhirnya sang Raja, permaisuri, dan Mane Bot memaafkan dan merestui pernikahan mereka. Sejak itu, Mane Loro dan Bete Dou hidup berbahagia bersama keluarga istana Kerajaan Wefulan.



****


Hasil analisis unsur intrinsik cerita dongeng

  •          Tema
   Tema merupakan pokok pemikiran ,idea atau gagasan serta sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dalam cerita.
Dari kutipan cerita diatas maka dapat disimpulkan tema; kesetiaan dan kejujuran”
  • Amanat
Amanat merupakan pesan atau nasihat . disamping pada umumnya bermufakat bernilai /ajaran-ajaran  yang layak diteladani. Amanat dari cerita diatas adalah;  menyesali kesalahan, serta meminta maaf atas kesalahan yang dibuat merupakan salah satu perbuatan yang terpuji yang dapat menumbuhkan tali silahturami dalam hidup bermasyarakat(Putri Dou dan suaminya), serta masih terdapat pesan lain yang terkandung dalm cerita tersebut yakni; dalam kehidupan, sifat pemaaf mencerminkan kesetiakawanan sosial yang tinggi, rendah hati, ikhlas, tidak pendendam, tertenggang rasa, dan berbudi luhur(orang tua Putri Dou).
Terdapat dalam paragraf terakhir cerita.

  •  Alur atau Plot
Alur/ plot merupakan peristiwa atau kejadian yang disusun menurut hubungan sebab akibat. Alur/plot juga merupakan struktur gerak dalam karya sastra, dalam cerita ini dipakai alur maju. Alur memiliki tahapan yang disebut struktur alur yaitu :
1.     Eksposisi yaitu tahapan pengenalan tokoh dengan peristiwa-peristiwa.
Eksposisi yang terdapat dalam cerita “Bete Dou dan Mane Loro” yaitu dalam kutipan :Alkisah, di daerah Nusa Tenggara Timur, hiduplah seorang raja yang bertahta di Kerajaan Wefulan. Sang Raja mempunyai seorang putri yang cantik jelita bernama Bete Dou, dst(paragraf 1).
2.    komplikasi yaitu tahapan yang ditandai dengan kejadian-kejadian yang gawat atau rumit yang menyebabkan adanya komplik ( fisik maupun batin ) para tokoh.    
Komplikasi yang terdapat dalam cerita dongeng diatas terdapat pada paragaf 4,5,6, dan 7. Dimana bete dou mulai melanggar perintah orang tuanya untuk tidak berhubungan dengan laki-laki lain.                                                                                                                                                                                                                   
3.    klimaks yaitu puncak peristiwa. Dalam tahapan ini tokoh terutama protagonis harus menentukan sikap untuk berani bertanggung resiko atau kalah , hidup dan mati.
Klimaks yang terdapat dalam cerita terdapat dalam paragraf 9,dan 10. Bete dou mendapat perlakuan kasar dari kakaknya yang membuatnya meninggal.
4.    Antiklimaks yaitu peleraian,ketegangan mulai menurun tanpa adanya jalan keluar menuju penyelesaian masalah.
Antiklimaks dalam cerita dongeng Dahu Morin diatas terdapat dalam paragraf 11, dan 12. Mane loro menghidupkan kembali Bete dou.
5.    konklusi yaitu penyelesaian : ketegangan mulai menurun,situasi yang semakin mendingin mendapatkan penyelesaian.
Konklusi dalam cerita diatas terdapat dalam paragraf 13 dan 14. Bete dou dan Mane loro meminta maaf dan restu dari orang tua mereka, serta orang tua memberi restu dan maaf atas kesalahan anaknya.

  •  Setting atau latar
Latar/setting merupakan tempat,waktu,dan suasana lingkungan.
Dari kutipan cerita diatas kami dapat mengambil kesimpulan dengan latar/setting yaitu:
1.     Setting tempat:
a. Kerajaan Wefulan
b. Rumah diatas pohon beringin
c. kerajaan loro
2.    Setting waktu:        
a.beberapa hari kemudian,
b.bulan purnama berikutnya
c.sebulan kemudian.
3.    Setting suasana:
a. Ia hidup kesep
b. Mendengar pertanyaan itu, Putri Bete Dou hanya diam dan menunduk.Tubuhnya pun gemetar karena ketakutan.
c. Sang Putri sangat heran saat melihat suaminya berada di sampingnya dan  dikelilingi oleh dayang-dayang yang tidak dikenalnya.

  •  Penokohan
Penokohan merupakan  watak atau karakter tokoh cerita yang dipaparkandalam cerita.Ada tokoh yang mempunyai sifat pemarah,pemalu,penyubar,dan rajin.
Dalam kutipan cerita dongeng kami menganalisis cerita dongeng dengan penokohan sebagai berikut:
Tokoh-tokohnya
a)    Bete Dou :tulus, penurut, mengerti atas kesalahan yang dibuat dan meyesalinya,jujur.
b) Mane Loro :sangat ingin tahu, setia.
c) Ayahanda Bete Dou :pemaaf, mengerti dengan suasana yang sadang dialami anaknya
d) Ibunda Bete Dou :pemaaf.(kurang tampak dalam cerita,hanya sebagai tokoh                                                                          
    tritagonis)
e)  Raja kerajaan Loro : mengerti dengan keadaan yang menimpa anaknya, sehingga
     memberi restu. (sebagai tokoh tritagonis)
f) Manek Bot : penurut, pemarah, kasar.

  •  Sudut pandang
Sudut pandang merupakan cara pandang terhadap suatu peristiwa dalam karya sastra. Sudut pandang berkaitan cara penulis menempatkan diri dalam cerita. Dari kutipan cerita diatas  dapat disimpulkan bahwa cerita Bete Dou dan Mane Loro menggunakan “sudut pandang orang ketiga”. Karena dalam cerita tersebut penulis tidak berperan  langsung. Tetapi dia menceritakan tentang isi hati pelaku.

  • Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan : suatu cara mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan bahasa yang indah dan personal.
Majas adalah suatu cara mengekspresikan pemikiran dan perasaan.dengan bahasa yang indah dan personal.
Majas yang digunakan dalam cerita diatas, terdapat dalam kalimat;
ü  Senandungnya yang terbawa angin malam menggetarkan telinga orang yang mendengarnya.
ü  Bersamaan dengan itu, seluruh alam semesta berduka cita.
ü  Suasana tiba-tiba menjadi hening dan sepi. Binatang malam serentak berhenti berbunyi. Hembusan angin sepoi-sepoi tiba-tiba berhenti, sehingga dedaunan pun ikut berhenti bergoyang.
ü  Ia melesat bagaikan rajawali.


Hasil analisis unsur ekstrinsik
1.     Nilai-nilai yang tekandung dalam cerita

  • Nilai moral
Berdasarkan analisis cerita Dahu Morin , maka kami menarik kesimpulan bahwa nilai moral yang terkandung dalam cerita diatas yaitu :
a)    jangan melakukan perbuatan yang mencoreng nama baik keluarga.
b)   Didiklah anak, serta jangan menutupi diri anak untuk dapat berkembang.
·         Nilai social masyarakat
Nilai sosial yang terkandung dalam cerita diatas yaitu :
a)    Peduli terhadap sesama.
b)   Jangan berlaku kasar pada sesama

  •  Nilai agama
Nilai budaya yang terkandung dalam cerita diatas;
a)    Memaafkan perbuatan orang yang bersalah pada kita.
b)   Menyesali kesalahan yang dilakukan.

2.    Kehidupan masyarakat  tempat cerita berasal
Cerita diatas berasal dari Belu, NTT.
Kehidupan masyarakat yang diceritakan, tergambar nilai-nilai kemasyarakatan yang memang menjadi realita di belu; misalnya memafkan, meminta maaf, kepatuhan, dsb.(tergambar dalam cerita).




























LEGO-LEGO PUTRI LIMAU
(oleh;Frederikus O. Ikun)

Dahulu kala di kampung Ukaladur hiduplah seorang anak bernama Bayom, yang berarti Putra dari hutan. Ia tinggal bersama pamannya, penghuni rumah yang lain telah musnah dibinasakan oleh amukan Dewa Perang Oebufu. Suasana kampung itu sunyi senyap dan menyeramkan karena disana-sini dapat dijumpai tulang belulang manusia berserakan diantara reruntuhan bangunan. Bayom begitu akrab dengan lingkungan sekitarnya. Kampung Ukaladur terkening hening dan damai dan letaknya cukup jauh dari pasar, hal itu sangat menyulitkan dia jika ingin membeli kebutuhan hidup. Terutama untuk membeli pakaian dan jarum tangan untuk menjahit. Kesulitan seperti ini membuat pakaian mereka dibiarkan sobek-sobek.
        Sebelum Ukaladur mengalami murka Dewa Perang Oebufu, ibu Bayom pernah meminjam sebatang jarum dari istri pamannya. Setiap hari pamannya selalu menanyakan jarum yang dipinjamkan oleh istrinya itu. Lama-kelamaan Bayom merasa tidak aman karena selalu didesak.
       Suatu hari timbul keinginan Bayom untuk mengasingkan diri ke hutan sekaligus bertapa. Dalam pertapaan itu, ia memohon petunjuk dari Dewa untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. Ia juga menyatakan kerinduan untuk bertemu dengan orang tuanya. Kerinduan terkabul saat menjalani semedi. Keteika sedang bersemedi, dalam mimpi itu Bayom bertemu dengan semua anggota keluarganya, termasuk ibu kandungnya. Mereka sangat prihatin terhadap nasib Bayom. Dalam mimpi itu, ia diberikan sebatang jarum tangan dan seekor kucing wasiat, dengan pesan :
     “Hentikan pertapaanmu dan kembalilah ke rumahmu. Berikan makanan seadanya kepada kucing ini dan ikatlah kakinya di dalam rumah sampai pagi. Dan keesokan harinya engkau akan melihat sesuatu yang menekjubkan.”
       Ibunya juga berpesan bahwa sebelum menggunakan jarum dan kucing harus dibuat syukuran, karena hal itu akan menjadi tanda permulaan hidup baru.
        Pertemua itu sangat menyenangkan sehungga Bayom bangun kesiangan. Matahari sudah tinggi kira-kira setinggi pohon pisang. Ketika terbangun, ia melihat ada perubahan yang mendadak. Ia sungguh heran dan berkata, “Wah…wah…Bukan main..Bukan Main..,” kata-kata itu terucap tanpa sadar.
      Pada saat itu juga rumahnya penuh dengan makanan seperti padi, jagung, kacang-kacangan dan tak ada lagi tempat kosong untuk menyimpannya, kecuali di tempat tidurnya. Berkat wasiat itu Bayom yang kurus kerempeng berubah menjadi seorang yang sehat dan gemuk serta sangat ceria.
       Rupanya semua keajaiban yang terjadi di rumah Bayom diketahui oleh pamannya, sehingga datanglah sang paman ke rumah Bayom. Sang paman bermaksud untuk meminjam kucing wasiat itu. Karena Bayom berhati baik dan berbudi luhur ia melupakan penderitaan akibat ulah pamannya dan dengan senang hati Bayom meminjamkan kucing wasiat itu kepada pamannya. Petunjuk tentang kucing wasiat disampaikan Bayom kepada pamannya. Pamannya sangat gembira, apa yang telah disampaikan Bayom dilaksanakan dengan baik, dengan harapan agar kucing wasiat itu memberi mujizat di dalam rumahnya. Akan tetapi harapan pamannya sia-sia belaka. Semua barang dan perabotan milik pamannya seketika berubah menjadi kotoran kucing yang berserakan dalam rumah. Diambilnya parang dan kucing wasiat itu dibunuh lalau bangkainya dibuang ke dalam rumpun pisang.
     Waktu terus bergulir, makanan di rumah Bayom mulai berkurang sedangkan kucing wasiat belum jga dikembalikan oleh pamannya. Bayom pun pergi ke rumah pamannya untuk mengambil kucing wasiatnya. Sebelum Bayom memasuki halaman rumah, ia diusir oleh pamannya dengan kata-kata yang menyakitkan. Bayom menjadi sangat sedih ketika mengetahui kucing wasiat telah mati dibunuh pamannya. Dalam pencarian bangkai kucing, ia hanya menemukan paha kucing yang sudah membusuk karena kucing itu sudah mati seminggu yang lalu. Sebagai penghibur hatinya, tulang paha kucing pun dibawa pulang ke rumahnya.
       Suatu malam, Bayom meruncing tulang paha kucing tersebut menjadi mata panah yang dipasang pada bulu. Pada pagi harinya, Bayom pergi menyusuri pantai untuk mencari dan menangkap ikan dengan cara memanah. Rupanya tulang kucing wasiat juga berkhasiat, dimana sekali memanah ke laut anak panah kembali ke darat dengan membawa tidak kurang dari sepuluh ekor ikan besar. Hanya beberapa kali ia memanah, begitu banyak ikan yang diperoleh. Bayom kembali ke rumah dengan kelelahan karena terlalu banyak ikan yang dipikulnya.
      Akhirnya pekerjaan menangkap ikan ditekuni Bayom sebagai mata pencaharian tetap, tidak heran jika rumanya penuh dengan ikan yang telah dikeringkan dan dapat ditukar dengan makanan atau dibagikan kepada orang lain.
       Lama kelamaan kabar itu tersiar sampai ke telinga pamannya tentang keajaiban anak panah Bayom, maka terdorong pula hatinya untuk meminjam anak panah itu. Dengan senang hati Bayom meminjamkan kepada pamannya.
       Pagi harinya pamannya pergi ke pantai untuk memanah ikan. Namun yang terjadi adalah setiap kali ia melepaskan panahke laut, anak panah kembali kosong dan menancap di tubuh pamannya. Hal itu terjadi berulang-ulang, sehingga hampir seluruh bagian tubuhnya berlumuran darah akibat ditusuk panah wasiat. Pamannya sangat marah dan melemparkan panah wasiat ke padang ilalang lalu kembali ke rumah dengan luka parah.
      Setelah beberapa lama kemudia, persediaan ikan di rumah Bayom pun telah berkurang sehingga Bayom pun pergi ke rumah pamannya untuk mengambil panah wasiatnya. Seperti sebelumnya, kedatangan Bayom disambut dengan makian yang menyakitkan hati. Akan tetapi Bayom tetap tabah dan pikirannya hanya tertuju pada anak panah wasiat yang telah hilang, setelah mengetahui arah jatuhnya anak panah. Bayom kembali ke rumah mempersiapkan bekal untuk mencari anak panah tersebut. Dengan bersusah payah Bayom mencari anak panah wasiatnya itu, sepanjang hari ia berjalan kesana kemari dan akhirnya ia Bayom menemukan sebuah gubuk kecil di tengah padang yang di huni seorang nenek tua yang bernama Kmehbal yang artinya pengotor. Dengan langkah pasti Bayom menuju gubuk itu, ia sungguh terperanjat kala mendengar sang nenek bertanya,
     “Nak, apa maksud kedatanganmu kemari?”
Bayom menceritakan ikhwal peristiwa itu dari awal yang menimpa dirinya. Nenek serius mendengar seraya menganggukan kepalanya. Sang nenek lalu mengatakan bahwa sebulan yang lalu ketika sedang menyapu halaman, melesat sebatang anak panah mengenai ujung kain sarungnya. Namun dari mana datangnya anak panah itu ia sendiri tidak tahu.
       Malam pun tiba. Malam itu sangat indah. Langit ditaburi bintang sementara bulan purnama bagaikan menebarkan senyum yang memberikan pengharapan bagi Bayom. Maka dalam keindahan malam yang shadu itu Bayom berangan-angan dalam hatinya, kalau ia pulang tentu ia akan ditahan oleh nenek Kmehbal. Bayom terjaga dari lamunan ketika dipanggil untuk makan. Ia merasa kebingungan karena yang dihidangkan bukan makanan melainkan ingus bercampur ludah yang menjijikkan sehingga membuat Bayom bercakap-cakap dengan nenek Kmehbal sampai ia tertidur, sayup-sayup terdengar nyanyian bunyi nyanyian dari kejauhan.
       Bertanyalah Bayom kepada nenek Kmehbal, lalu sang nenek menjelaskan bahwa nyanyian itu adalah Lego-Lego Putri Limau.
      “Apakah engkau ingin kesana?” tanya nenek Kmehbal. Lalu ia mengeluarkan pakaian almarhum suaminya untuk dikenakan Bayom kemudian berpesan, “Di sana tidak ada laki-laki, semuanya putri. Putri Limau akan berubah menjadi buah Limau dan bergantung pada tempat masing-masing. Selanjutnya engkau akan berdiri seorang diri di lego-lego itu dan ingat, jangan sekali-kali memetik buah limau yang bergantung rendah. Tetapi panjatlah pohonnya dan petiklah buah Limau yang ada di puncak pohon meskipun pada batangnya terdapat ular, tabuhan, tokek serta binatang lain yang menakutkan.”
       Setelah Bayom berada di tempat lego-lego ternyata perkataan nenek menjadi kenyataan, karena begitu banyak putri yang mengelilingi Bayom. Ini merupakan pengalaman Bayom yang pertama dalam hidup, dimana ia bisa bersenda gurau dengan banyak putri.
       Purnama sang raja malam bersama laskarnya mulai perlahan menghilang, seolah akan diusir oleh serdadu raja Fajar (Siang) dengan sorak-sorai, gegap gempita. Pohon Limau yang semalam hanya berupa ranting dan batang kosong kini menjadi rimbun dengan buah yang banyak. Bayom begitu terpesona menyaksikan semuanya. Ia mengenang pesan nenek Kmehbal dan beranjak untuk memanjat pohon limau sampai ke puncak dan memetik buah limau sesuai dengan pesan nenek Kmehbal lalu kembali ke rumah.
       Bayom kembali ke rumah nenek dengan melintasi sungai, sebelum menyeberang. Bayom mengambil limau dan meletakkan sesuai pesan nenek yaitu satu buah di hulu sungai dan satu buah lagi diletakkan di hilir sambil bernyanyi lagu muda-mudi. Sementara Bayom mandi di sungai buah limau tersebut berubah menjadi dua orang putri. Bayom dipuja-puji dan mereka berusaha saling memiliki satu sama lain dengan sebutan kakanda dan adinda, lampu yang redup mulai bersinar sebagai tanda kebahagiaan menyongsong hari depan yang penuh ceria.
       Mengetahui hal itu, pamannya juga ingin menikmati apa yang dimiliki oleh Bayom maka pergilah ia ke nenek Kmehbal, tetapi hidangan berupa ingus dan ludah tidak dimakan melainkan diberikan kepada anjing maka ia gagal memetik buah limau di puncak pohon karena takut akan tabuhan, ular, tokek dan binatang lain yang menakutkan. Sang paman hanya mengambil buah limau yang jatuh di bawah pohon maka hasil yang diperoleh dua buah limau itu adalah dua orang nenek yang sudah tua.
        Atas kejadian di atas paman merasa tidak puas dan timbul niat jahat. Ia berusaha membunuh Bayom tetapi karena kebesaran Maha Dewa. Bayom kembali hidup sedangkan pamannya mati ditikam oleh kedua nenek, istri paman.
       Akhirnya kedua nenek, isteri paman Bayom dijadikan penjaga ayam dan pembersih halaman rumah oleh Istri Bayom.
2.2 Hasil analisis unsur intrinsik cerita dongeng
       
        2.2.1 Tema

Dari kutipan cerita diatas maka saya  mengambil kesimpulan dengan tema : “ KEKELUARGAAN”

        2.2.2 Amanat
Jadilah orang yang tidak mudah putus asa dalam menjalani kehidupan serta jangan mengambil barang milik orang lain

2.2.3 Alur atau Plot

Alur/ plot merupakan peristiwa atau kejadian yang disusun menurut hubungan sebab akibat. Alur/plot juga merupakan struktur gerak dalam karya sastra. Alur memiliki tahapan yang disebut struktur alur yaitu :
6.    Eksposisi yaitu tahapan pengenalan tokoh dengan peristiwa-peristiwa.
Eksposisi yang terdapat dalam cerita dongeng dalam Lego-Lego Putri Limau terdapat dalam paragraph pertama.
7.    komplikasi yaitu tahapan yang ditandai dengan kejadian-kejadian yang gawat atau rumit yang menyebabkan adanya konflik ( fisik maupun batin ) para tokoh.
Komplikasi yang terdapat dalam cerita dongeng Lego-Lego Putri Limau yaitu : “ Bayom di desak mencari jarum”
8.    klimaks yaitu puncak peristiwa. Dalam tahapan ini tokoh terutama protagonis harus menentukan sikap untuk berani bertanggung resiko atau kalah , hidup dan mati.
Klimaks yang terdapat dalam cerita dongeng Lego-Lego Putri Limau yaitu panah dan kucing wasiat Bayom dirampas oleh pamannya.
9.    konklusi yaitu penyelesaian : ketegangan mulai menurun,situasi yang semakin mendingin mendapatkan penyelesaian.
Konklusi dalam cerita dongeng Lego-Lego Putri Limau diatas yaitu Bayom mendapat istri ketika ia bertemu dengan nenek kmebhal dan menuruti perintah nenek.
Maka dari itu , saya mengambil kesimpulan bahwa alur yang digunakan dalam cerita tersebut adalah ALUR MAJU
2.2.4 SETTING/LATAR

Latar/setting merupakan tempat,waktu,dan suasana lingkungan.
Dari kutipan cerita diatas saya dapat mengambil kesimpulan dengan latar/setting yaitu:
4.    Setting tempat:
a.rumah  Paman
b.Rumah Bayom
c.Rumah nenek kmehbal
d. sungai
e. hutan 
5.    Setting waktu:        
a.pagi hari , saat matahari setinggi pohon pisang
b.malam hari , ketika  Bulan purnama

2.2.5 PENOKOHAN/PERWATAKAN
Bayom                  : baik hati , sabar , tekun dan taat serta murah hati
Paman Bayom        : serakah , tamak , ceroboh dan kejam
Orang tua Bayom  : penolong
Dewa perang        : kejam dan bengis
Nenek kmehbal    : murah hati dan penolong

          2.2.6 SUDUT PANDANG
Sudut pandang merupakan cara pandang terhadap suatu peristiwa dalam karya sastra. Sudut pandang berkaitan cara penulis menempatkan diri dalam cerita. Dari kutipan cerita diatas saya dapat menyimpulkan bahwa cerita Lego-Lego Putri Limau menggunakan “sudut pandang orang ketiga pelaku utama”. Karena dalam cerita tersebut penulis tidak berperan  langsung. Tetapi dia menceritakan tentang isi hati pelaku.

        2.2.7 GAYA BAHASA
Gaya bahasa merupakan : suatu cara mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan bahasa yang indah dan personal.
Majas adalah suatu cara mengekspresikan pemikiran dan perasaan.dengan bahasa yang indah dan personal. Berdasarkan cerita “ LEGO-LEGO PUTRI LIMAU” , Maka saya mengambil kesimpulan bahwa gaya bahasa yang digunakan adalah
Majas Personifikasi
·         Bulan purnama menebarkan senyum
·         Purnama sang raja malam seolah akan diusir oleh serdadu raja fajar dengan sorak sorai dan gegap gempita

2.3 Hasil analisis unsur ekstrinsik
       
        2.3.1 Nilai moral
Berdasarkan analisis cerita Lego-Lego Putri Limau , maka saya menarik kesimpulan bahwa nilai moral yang terkandung dalam cerita diatas yaitu :
ü  Jangan mengambil barang milik orang lain menjadi milik kita
ü  Hendaknya kita saling tolong menolong
ü  Jangan mudah putus asa bila mengalami kesulitan
                   2.3.2 Nilai sosial
Nilai sosial yang terkandung dalam cerita diatas yaitu :
ü  Hubungan yang harmonis dengan sesama terutama keluarga
         
          2.3.3 Nilai Agama
Nilai agama yang terkandung dalam cerita :
ü  Saling menolong antar sesama
ü  Kita harus berani menghadapi cobaan















BAGIAN 3
“BULAN MATAHARI DAN MANUSIA”
(oleh; Geovani Ricky Samara)

2.1 Analisis unsur  intrinsik cerita dongeng

Cerita dongeng merupakan karya sastra prosa lama yang tidak berbedaa jauh dengan prosa baru. Perbedaannya  terletak pada unsur intrinsik. Dengan demikian judul yang dianalisis oleh penulis adalah “BULAN MATAHARI DAN MANUSIA” yang berasal dari kabupaten Belu.


“BULAN MATAHARI DAN MANUSIA”


Konon kabarnya, sebelum dunia ini terjadi telah hidup dua insan.  Adapun mereka itu adalah Bulan dan Matahari. Bulan sebagai seorang lelaki sedangkan Matahari  sebagai seorang wanita. Keduanya hidup di Surga.
Surgaadalah suatu tempat yang serba indah lagi kaya. Pendeknya setiap angan-angan indah yang kita bayangkan , surga senantiasa melebihi itu. Akan tetapi bumi sangat berbeda dengan surga serta jauh berlawanan dengan surga. Kalau surga merupakan  suatu tempat yang serba ada, maka bumi adalah tempat yang penuh derita dan serba kekurangan
Walaupun demikian, Bulan dan Matahari harus menguasai tempat itu. Hubungan kedua tempat itu pun harus tetap lancar. Keseimbangan harus terjamin. Itulah sebabnya dibuatlah sebuah tangga penghubung Surga Bumi. Pangkal tangga itu tepat pada sebatang pohon beringin, sedangkan ujungnya terpaut di Surga. Pohon itu hanya mampu tumbuh di atas air sehingga terkatung-katung saja nampaknya. Demikian seterusnya dibuat suatu peraturan tetap untuk menjaga kelancaran pemerintahan Surga Bumi. Bulan mengambil tugas di malam hari sedangkan Matahari di siang hari.
Masa beredar terus tak terputus. Akan tetapi penghuni Surga Bumi Cuma dua insan yang sama. Tidak ada insan yang lain kecuali Bulan dan Matahari. Keadaan itu tidak asing bagi Bulan dan Matahari. Mereka menyaksikan bahwasannya tidak baik kalau mereka sendirian berkeliaran di tempat-tempat yang sekian luas. Keadaan ini datang menggugah serta memancing pikiran dan siasat baru. Siang dan malam penuh dengan usaha-usaha bagaimana soal ini dapat teratasi. Demikian hari berganti hari kian mendekati titik penyelesaian.
Nah,saat yang dinantikan merobek tirai lama dan memasuki ruangan yang baru. Bulan dan Matahari mendekati satu sama lain. Mereka menempuh hidup baru sebagai landasan timbulnya penghuni Bumi. Seterusnya lama berselam  lahirlah seorang Putra buah persatuan mereka. Putra itu makin hari makin bertambah dewasa hingga ia pun giat mengikuti orang tuanya mengendalikan dan meninjau Surga Bumi.
Sekali peristiwa si Ibu dan Putra itu sendirian turun ke Bumi. Sepanjang hari mereka merondai Bumi dari ujung yang satu ke ujung yang lain. Setelah hari senja, mereka kembali ke Surga. Tetapi sayang, pada pertengahan perjalanan, Putra itu dengan tak disadari jatuh dari gendongan ibunya. Ia terlepas dan jatuh ke Bumi. Sedihlah hati Ibu melihat kejatuan anak tungggalnya. Ia Cuma menggigit jari dan termenung sebentar.
-Sungguh sayang ! – serunya sambil melayangkan mata ke arah jatuhnya anak itu.
Apa yang akan di sampaikan kepada suaminya ? hendak kembali mengikuti anaknya tetapi hari sudah malam. Tugasnya sudah selesai, ia harus kembali ke Surga. Dengan rasa kesal tak terbilang kembalilah ia dengan hati yang hampa. Setibanya di Surga disampaikan semua hal ikhwal kehilangan anak mereka. Bulan pun tepaku mendengar hal itu. Dengan kata halus dibisikannya kepada istrinya :
-       Sudahlah. Akan kita cari jalan keluar hingga anak kita ditemukan kembali. Sudah waktunya saya menjalankan tugas. Sejak saat itu Bumi ditimpa malam kelam serta gulita pekat.
Lama Bulan dam Matahari meringkup dalam kegelapan dalam lembah kesedihan. Siang dan malam dengan bermacam-macam usaha,bagaimana mereka dapat menemukan anak tunggal mereka. Oleh Bulan dipanggilnya dua pesuruh yang datangnya dari Surga. Mereka itu ialah Si Kambing dan Si Kerbau. Keduanya menghadap Sri Maharaja Bulan. Mereka ditugaskan mencari anak yang hilang itu. Kepada masing-masing mereka diberi sebuah jala yang terbuat dari emas.
-       Bawalah jala ini sebagai alat pencari anakku. Kerjakanlah olehmu hingga dapat,- demikian perintah Sri Maharaja kepada kedua pesuruh itu.
Setelah semuanya siap turunlah Kerbau dan Kambing seturut perintah Bulan. Sesampai mereka di Bumi dilihatnya bahwa keadaannya sungguh berlawanan dengan Surga , tempat tinggal mereka. Disegala penjuru serba gulita. Tiada terang sedikitpun. Kecuali itu , semua tempat di penuhi air. Mereka tercengang melihat keadaan itu. Biarpun demikian, mereka harus melakukan tugas. Dengan bersusah payah , mereka mulai dengan tugas yang telah mereka terima dari Bulan. Dijalanya tempat sekitar kesana kemari. Dari sudut yang satu ke sudut yang lain , namun semua usaha itu sia-sia belaka. Hanyalah air. Itu satu-satunya pengahalang jala  mereka. Tidaka ada tanda-tanda harapan sedikit pun. Semuanya pada kabur. Keduanya dihinggapi bermacam-macam kecemasan.- apakah yang akan kita lakukan kalau anak itu tidak kita temukan ? – demikian cakap mereka sama sendirinya.
Meskipun sia-sia usaha mereka, tetapi  itu tidak menjadi penghalang untuk berhenti menjala. Sebaliknya mereka semakin giat. Nah , setelah lama berpayah akhirnya anak itu ditemukannya.  Astaga ! anak itu telah mengambil rupa seorang Putri yang cantik jelita, bukan lagi seorang Putra. Si Kambing dan si Kerbau terpekur melihat keajaiban itu. Mereka menyampaikan hal ini kepada Sang Raja. Akan tetapi anak itu tidak mau mengikuti kedua pesuruh itu kembali ke Surga. Ia lebih ingin tinggal di dunia. Sungguh ajaib Bumi terang seketika. Daratan bermunculan dari segala penjuru, mempesempit luasnya air yang ada. Daratan semakin luas , sedangkan air semakin sempit. Kedua pesuruh itu dengan segala bangganya atas keberhasilan mereka kembali ke Surga dengan penuh gembira.
Sungguh senang Bulan dan Matahari setelah mendengar berita itu. Si Kambing dan Si Kerbau tak putus-putusnya menceritakan semua kejadian yang mereka alami selama di Bumi. Bulan dan Matahari pun tak menyesali hal perubahan Putra mereka  menjadi seorang Putri.
Kini anak mereka sudah ditemukan, tetapi Bulan dan Matahari belum juga puas dengan keadaan mereka. Bumi dan Surga tetap tak terisi. Hanya sejumlah penghuni yang sama berkeliaran di daerah yang sekian luas. Persoalan ini tak henti-hentinya mengganggu mereka khususnya Bulan. Itulah sebabnya Bulan mengambil keputusan untuk turun mengawini anaknya. Perkawinan ini tidak menimbulkan kesulitan bagi Matahari. Ia setuju dengan niat suaminya Bulan. Demikianlah hasil perkawinan ini yang menurunkan manusia-manusia yang sekarang berkembang biak memenuhi Bumi. Mereka akan mati dan kembali ke asal mereka ialah Surga. Manusia-manusia itu akan kembali lewat tangga yang telah disiapkan pada mulanya.






2.2 Hasil analisis unsur intrinsik cerita dongeng
       
        2.2.1 Tema

Tema merupakan inti persoalan yang diuraikan penulis dalam sebuah cerita. Judul yang terdapat dalam cerita dongeng yang dianalisis adalah “BULAN MATAHARI DAN MANUSIA”. Kutipan paragraf yang mengungkapkan Tema terdapat dalam paragraf 12.
Dari kutipan paragraf diatas maka penulis dapat menyimpulkan Tema sebagai berikut : “HUBUNGAN ERAT ANTARA BULAN MATAHARI MANUSIA”.


2.2.2 ALUR/PLOT

Alur/plot adalah struktur penceritaan dalam prosa fiksi yang di dalamnya berisi rangkaian kejadian atau perisriwa yang disusun berdasarkan Hukum sebab-akibat serta Logis.

Alur/plot dapat diartikan :
*      Tahapan permulaan ( exposition )
dalam tahap permulaan ini , pengrang memperkenalkan tokoh-tokohnya , menjelaskan tempat peristiwa itu terjadi, memperkenalkan kemungkinan peristiwa yang bakal terjadi , dan sebagainya.  ( paragraf 1 )

*      Tahapan pertikaian
Tahap pertikaian ini dimulai dengan suatu tahapan yang diberi nama inciting force yakni tahapan dimana muncul kekuatan , kehendak, kemauan , sikap dan sebagainya  yang saling bertentangan antara para tokoh dalam cerita tertentu.( paragraf 6)


*      Tahapan puncak ( klimaks )
Tahapan puncak atau klimas merupakan tahapan dimana konflik itu mencapai titik optimalnya. Tahapan ini merupakan tahapan yang benar-benar menentukan nasib tokoh dalam cerita tersebut. (paragraf 9)
*      Tahapan Peleraian
Dalam tahapan ini kadar konflik mulai berkurang dan menurun. Hal semacam ini akan mengakibatkan ketengangan emosional pun ikut menyusut suasana panas berusaha dikembalikan pada keadaan wajar seperti sebelum konflik.(paragraf 9)
*      Tahapan akhir
Tahapan akhir merupakan tahapan yang berisi ketentuan final dari segala konflik yang disajikan.(paragraf 11)


Dari tahapan-tahapan diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa Alur yang digunakan dalam cerita dongeng “ BULAN MATAHARIDAN MANUSIA “ adalah Alur Maju.

2.2.3 LATAR/SETTING

Latar atau biasanya disebut dengan istilah setting yakni meliputi waktu, tempat , keadaan alam atau suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar/setting dalam prosa fiksi dapat dibedakan  menjadi empat macam yakni :
*      Latar Tempat
Latar Tempat didalamnya menceritakan  tempat atau lokasi peristiwa itu terjadi.
Kutipan kalimat yang menunjukan latar tempat yaitu :
v  Paragraph pertama , paragraph kedua(kalimat pertama , kaliamat keempat) , paragraph ketiga(kalimat ketiga)



*      Latar Waktu
Latar Waktu yaitu latar yang melukiskan kapan peristiwa itu terjadi, tahun berapa, pada musim apa, hari, jam, bulan, dsb.
Kutipan kalimat yang menunjukan Latar  Waktu yaitu :
v  Paragraph keempat(kalimat kelima,kalimat keenam)paragraph keenam(kalimat kedua) ,paragraph Sembilan(kalimat kedua)
*      Latar Suasana
Latar suasana yaitu latar yang melukiskan suatu keadaan atau situasi terjadinya peristiwa tersebut
Kutipan kalimat yang menunjukkan latar suasana :
v  Paragraph enam( kalimat pertama) , paragraph kedelapan(kalimat pertama), paragraph sebelas(kalimat pertama)
*      Latar Ruang
Latar ruang yaitu latar yang melukiskan kejadian dalam ruangan yang bagaimana peristiwa itu berlangsung.


Dari kutipan kalimat-kalimat diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa Latar/Setting yang digunakan dalam cerita dongeng diatas  sebagai berikut :
Ø  Latar Tempat
-         Bumi
-         Surga
-         Daratan
-         Pohon Beringin
Ø  Latar Waktu
-         Siang hari
-         Malam hari
Ø  Latar Suasana
-         Sedih
-         Malam kelam
-         Cemas
-         Senang
2.2.4 PENOKOHAN/PERWATAKAN

Penokohan adalah watak atau karakter tokoh cerita yang dipaparkan oleh pengarang/pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Ditinjau dari sikap , watak , cara berpikir dan sebagainya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
*      Tokoh Protagonis(pusat cerita)
Setelah penulis memahami cerita tersebut, maka penulis menentukan tokoh protagonis yaitu “BULAN dan MATAHARI”.(paragraph 6 dan 7)
*      Tokoh Antagonis(menentang cerita)
Setelah penulis memahami cerita tersebut maka  penulis mengambil kesimpulan bahwa tidak ada tokoh antagonis dalam cerita ‘ BULAN, MATAHARI DAN MANUSIA”.
*      Tokoh Tritagonis
Yakni tokoh yang selalu bertindak sebagai pihak ketiga yang berusaha menjadi juru damai dalam masalah yang terjadi dalam cerita tersebut.(paragraf 10)

2.2.5 SUDUT PANDANG

Sudut pandang merupakan cara pandang terhadap suatu peristiwa dalam karya sastra. Sudut pandang berkaitan dengan cara penulis menempatkan diri dalam cerita.
Dari hasil analisis cerita dongeng diatas , penulis menyimpulkan bahwa cerita dongeng Bulan ,Matahari dan Manusia menggunakan “sudut pandang orang ketiga serba tahu”  karna pengarang mengetahui semua watak, keadaan , sikap hidup , dari semua tokoh dalam cerita yang ditulisnya. Pengarang berusaha menceritakan semua yang ada dari tingkah laku yang amat pribadi sampai kepada hal-hal yang jelas kelihatan dari setiap tokoh. Pengarang tidak hanya tahu cirri-ciri lahiriah maupun isi hati semua tokoh dalam cerita yang dikarangnya , tetapi juga tahu tentang nasib yang akan dialami para tokoh.

2.2.6 AMANAT

Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang disampaikan pengarang. Pesan terselip dalam permasalahan yang terdapat dalam dongeng. Amanat dapat berupa jalan keluar dari permasalahan-permasalahan yang dialami tokoh.

Berdasarkan pada cerita dongeng “ BULAN , MATAHARI DAN MANUSIA “ , penulis mengambil amanat sebagai berikut :
*      Jangan bersedih dalam menghadapi suatu masalah tetapi carilah jalan keluarnya untuk mengatasi masalah tersebut.
*      Jangan putus asa dalam menjalankan tugas yang diberikan walaupun tak menemui hasilnya , tetapi tetaplah berusaha agar mendapatkan hasilnya.

2.2.7 GAYA BAHASA

Gaya bahasa merupakan : suatu cara mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan bahasa yang indah dan personal.
Majas adalah suatu cara mengekspresikan pemikiran dan perasaan.dengan bahasa yang indah dan personal berdasarkan cerita “BULAN , MATAHARI , DAN MANUSIA”. Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa gaya bahasa yang digunakan adalah majas perbandingan yaitu majas hiperbola dan Majas Personifikasi.
·         Majas Hiperbola
Yaitu majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud untuk memperhebat/meninggalkan kesan.
Kutipan :
“Surga adalah suatu tempat yang serba indah lagi kaya. Pendeknya setiap angan-angan yang kita bayangkan , Surga seantiasa melebihi itu”
·         Majas personifikasi
Yaitu majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
Kutipan :
Si Kambing dan Si Kerbau terpekur melihat keajaiban itu.






















BAGIAN 4
LEGENDA BUKIT FAFINESU
(oleh;Joao Carlos Da Silva)


Di sebelah utara Kota Famenanu, Kabupaten Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat sebuah bukit bernama Fafinesu yang berarti Bukit Babi Gemuk. Ada suatu kisah menarik yang melatarbelakangi penamaan bukit itu. Kisahnya adalah sebagai berikut.
Pada zaman dahulu kala di pedalaman Pulau Timor ada tiga orang adik-beradik bernama Saku, Abatan, dan Seko. Mereka hidup dan tinggal bersama dengan kerabat ibunya, sebab Ayah dan ibu mereka telah tiada. Ayah ketiga orang ini meninggal dunia karena terjatuh ke jurang ketika sedang berburu babi hutan. Tujuh bulan kemudian Sang Ibu juga meninggal dunia karena kehabisan darah ketika sedang melahirkan Si Bungsu, Seko. Hal ini diperparah lagi ketika nenek yang mengasuh mereka juga ikut meninggal dunia karena dimakan usia ketka Si Bungsu baru berumur dua tahun.
Waktu pun berlalu. Walau hidup serba kekurangan, mereka senantasa rukun dan bahagia. Abatan tumbuh menjadi seorang remaja yang rajin dan cerdas. Ia sering menanam jagung dan ketela di ladang, mencari kayu bakar di hutan, dan memasak untuk kakak dan adiknya. Si Bungsu pun yang telah berumur lima tahun dan menjadi seorang anak yang penurut. Ia sudah dapat membedakan mana yang baik dan buruk sehingga kakak-kakaknya semakin bahagia.
Namun di tengah suasana yang rukun dan damai tersebut, suatu malam Si Bungsu tidak dapat memejamkan matanya.Tiba-tiba saja hatinya merasa rindu kepada kedua orang tuanya, sebab sejak bayi tidak pernah merasakan belaian kasih sayang dari ayah ibunya. Ia lalu menghampiri kakak sulungnya dan bertanya, “Kak Saku, ke manakah ayah dan ibu pergi? Kenapa mereka tidak pernah datang kemari?”
Karena tidak ingin membuat Si Bungsu bersedih, maka Saku menjawab, “Ayah dan ibu sedang pergi jauh, Adikku!. Suatu saat mereka akan pulang membawa makanan yang lezat-lezat untuk kita.”
Dongengan Saku ternyata membuat hati Si Bungsu menjadi tenteram kembali. Ia akhirnya tertidur pulas di samping kakaknya. Tetapi kini giliran Si Saku yang tidak dapat memejamkan mata karena sedih melihat Si Bungsu yang tidak pernah sekalipun bertemu orang tuanya. Ia lalu mengambil serulingnya dan berjalan ke arah bukit yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka.
Sesampai di atas bukit, sambil menangis dan memandang langit ia pun berkata, “Ayah, Ibu! Kami sangat merindukan kalian. Mengapa begitu cepat kalian meninggalkan kami.”
Kemudian, ia mulai meniup seluring sambil sambil menyanyikan lagu kesukaannya. Ama ma aim honi (Ayah dan Ibu)
Kios man ho an honi (Lihatlah anakmu yang datang)
Nem nek han a amnaut (Membawa setumpuk kerinduan)
Masi ho mu lo’o (Walau kamu jauh)
Au fe toit nek amanekat (Aku butuh sentuhan kasihmu)
Masi hom naoben me au toit (Walau kalian telah tiada, aku minta)
Ha ho mumaof kau ma hanik kau (Supaya Ayah dan Ibu melindungi dan memberi rezeki)
Saat sedang menghayat lagu tersebut, tanpa sepengetahuannya kedua roh orang tuanya turun dari langit. Melalui angin malam, roh Sang Ayah berkata, “Anakku, aku dan ibumu mendengarmu. Meskipun kita berada di dunia yang berbeda, kami akan selalu bersama kalian.”
Saku menjadi terperangah. Ia tidak tahu dari mana datangnya suara itu. Namun, sebelum sempat pulih dari keterkejutannya, tiba-tiba suara gaib itu terdengar lagi.
Anakku, esok hari sebelum ayam berkokok ajaklah adik-adikmu menemui kami di tempat ini. Selain itu, engkau juga harus membawa seekor ayam jantan merah untuk dijadikan kurban!”
Singkat cerita, keesokan harinya ia pun menceritakan kejadian yang dialaminya semalam kepada adik-adiknya. Betapa gembiranya hati Si Bungsu mendengar cerita Si Saku. Ia sudah tidak sabar lagi ingin segera bertemu dengan kedua orangtuanya yang selama ini dirindukan.
Tepat tengah malam Saku bersama kedua adiknya berangkat menuju ke puncak bukit sambil membawa seekor ayam jantan merah pesanan kedua orang tua mereka. Setelah mereka tiba di puncak bukit, tiba-tiba angin bertiup kencang yang membuat pepohonan di sekitarnya meliuk-liuk seperti sedang menari.
Begitu tiupan angin berhenti, tiba-tba terlihat dua sosok bayangan berjalan menghampiri mereka.

Ayah, Ibu!” seru Saku dan Abatan saat melihat bayangan itu.

Mengerti bahwa kedua sosok itu adalah orangtuanya, Si Bungsu segera berlari ke salah satu sosok dan memeluknya erat-erat sambil berkata, “Ibu, saya sangat merindukanmu.”

Kami juga sangat merindukanmu,” jawab Sang Ibu singkat.
kemudian Sang Ayah membawa isteri dan ketiga anaknya menuju ke dasar jurang. Sesampainya di sana, ia lalu menyuruh Si Seko untuk segera menyembelih ayam jantan merah yang dibawanya. Saat darah ayam itu menyentuh bumi, tiba-tiba ada dua ekor babi yang gemuk muncul di tengah-tengah mereka. Mereka segera mendekati kedua ekor babi tersebut dan mengelus-elusnya.
Selang beberapa menit kemudian ayam jantan mulai berkokok yang menandai datangnya pagi. Pada saat yang bersamaan bayangan kedua orang tua mereka tiba-tiba memudar dan akhirnya lenyap. Menyadari bahwa hari telah pagi ketiga bersaudara tersebut segera mengiring babi pemberian orang tua mereka menuruni bukit menuju ke rumah. Dan, mulai sejak saat itu mereka pun mulai memelihara babi untuk diternakkan. Selain itu, untuk mengenang peristiwa pertemuan tersebut mereka kemudan menamakan bukit itu dengan nama Bukit Fafinesu yang berarti Bukit Babi Gemuk.













1.     Menentukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik cerita rakyat

A.   Unsur intrinsiK
-TOKOH DAN PERWATAKAN
  Tokoh dibedakan atas tokoh utama,tokoh pembantu,dan tokoh   figuran. Setiap tokoh memiliki watak atau karakter.
   a. ayah dan ibu : perhatian dan sayang anak anaknya.
   b. nenek             : baik
   c. saku                : perhatian terhadap adikny,belas kasihan,dan penurut.                                                        
   d. abatan           : rajin dan cerdas.
   e. seko                : penurut dan tidak sabar.

-ALUR CERITA
 Dalam sebuah cerita terdapat berbagai  macam alur yaitu alur     maju,alur mundur, dan campuran. Alur yang digunakan dalam cerita “Bukit fafinesu” adalah alur campuran.

-SUDUT PANDANG
  Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam cerita. Didalam cerita rakyat “Bukit fafinesu” pengarang bertindak sebagai orang ketiga pelaku utama.

-SETTING(LATAR)
  Peristiwa dalam cerita terjadi pada suatu waktu,tempat dan suasana tertentu. Latar pada cerita diatas adalah 
a.    latar waktu ; malam hari (paragraph 4,8 dan 10) dan pagi hari (paragraph 9 dan paragraph terahkir)
b.    latar tempat; tempat tidur (paragraph 4 dan 6) dan bukit (paragraph 6,7 dan paragraph 12).
c.    Latar suasana ; sedih dan penuh kerinduan.

-PENOKOHAN
  Penokohan adalah pengambaran watak tokoh melalui teknik. Dalam cerita “bukit fafinesu” pengambaran tokoh melalui teknik analitik (watak tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang) dan teknik dramatic (watak tokoh diceritakan melalui dialog antar tokoh).

-AMANAT
  Amanat adalah suatu nilai cerita yang dapat dijadikan contoh. Amnat yang terkandung dalam cerita diatas adlah
a.    Jadilah anak yang patuh dan menuruti perintah orangtua.
b.    Jadilah kaka yang baik dan bertanggung jawab terhadap adiknya.


-GAYA BAHASA
  Cara khas yang digunakan untuk menyampaikan idea tau pemikiran- pemikiran melalui karyanya. Dan gaya bahasa yang digunakan dalam cerita “Bukit fafinesu” adalah gaya majas.


B.    Unsur ekstrinsik 
-NILAI-NILAI yang melatarbelakangi cerita  
        a. Nilai budaya yaitu nilai nilai yang berkaitan dengan masalah kebudayaan, adat istiadat atau kebiasaan suatu masyarakat.
        b.  Nilai estetika atau keindahan yaitu nilai yang berkaitan dari segi bahasa baik majas,diksi,persamaan bunyi, lambang lambang dan symbol.

-MASYARAKAT sekitar
  Cerita “Bukit fafinesu” diangkat penulis dari masyarakat sekitarnya yang sangat menghargai kebudayaan dan adat istiadat masyarakat tersebut.



BAGIAN 5
“DAHU MORIN”
(oleh ; Mario Yuven O. B. Tae)

2.1 Analisis unsur intrinsik cerita dongeng

Cerita dongeng merupakan karya sastra prosa lama yang tidak berbedaa jauh dengan prosa baru. Perbedaannya  terletak pada unsur intrinsik. Dengan demikian judul yang dianalisis oleh kami adalah “ DAHU MORIN” yang berasal dari kabupaten Belu.


“DAHU MORIN”

Di sebuah negeri berdiamlah seorang Raja beserta Permaisurinya. Keduanya hidup rukun dan tentram.
Ketika si istri hamil untuk pertama kalinya,Sang suami pergi ke negeri seberang untuk berdagang. Sebelum  berangkat ia berpesan kepada istrinya sebagai berikut :
-Tak lama lagi anak kita akan lahir. Jagalah anak itu sebaik-baiknya kalau ia seorang laki-laki. Akan tetapi seandainya anak itu seorang wanita hendaklah kau bunuh. Ambil dan panggang daging hatinya untukku agar saya makan waktu kembali dari negeri seberang. Badan anak itu harus kau kuburkan di depan rumah kita. Diatasnya akan saya cuci tangan dan kaki.
-Satu pesanan lagi , - sambung suaminya. Ingat baik-baik. Kedatangan saya akan didahului dengan tembakan meriam. Balaslah teembkan saya dengan senapan tumbuk apabila anak kita seorang wanita. Akan tetapi hendaklah kau balas dengan meriam pula seandainya anak kita seorang laki-laki. Sesudah selesai semuanya Raja pun berangkat.
Berhari-hari Bete Ikun, demikian nama Permaisuri itu, memikirkan pesanan suaminya. Hampir tak masuk akal pesanan itu. Bagaimana mungkin seorang ibu dapat membunuh anak kandungnya sendiri. Ia ditimpa kecemasan dan ketakutan yang mengerikan. Apa yang akan ia perbuat seandainya anak itu seorang wanita ? apakah ia harus membunuh anak itu,ataukah ada jalan keluar untuk meluputkannya ?
Hari-hari berlalu semakin memperpendek masa penantian kelahiran. Sesudah bebepara bulan kemudian Bete Ikun bersalin. Ia sangat mengharapkan kirannya anak itu seorang lelaki. Tetapi sayang ! bayi mungil yang keluar dari kandungannya adalah seorang wanita. Dengan tenang ia melihat anaknya yang mungil itu. Tak sampai hati ia membunuhnya. Dalam benaknya ia masih mencoba menemukan akal yang baik meluputkan anak itu.
Melihat perawakan anak itu , raut wajahnya maka ia seorang anak yang cantik. Ia kemudian diberi nama “ Dahu Morin”. Kian hari kian ia bertambah besar. Wajahnya semakin ayu mengikuti perkembangannya. Itulah sebabnya ibunya berusaha sedapat mungkin untuk meluputkan anaknya dari suaminya yang kejam itu.
Lamalah sudah Raja berada di luar negeri. Berita kedatangan Raja sudah tersiar ke seluruh kerajaan. Istrinya semakin cemas. Kurang lebih satu dua hari kemudian si istri ini mengambil seekor anak anjing. Anjing itu disembelihnya. Sesuai dengan pesanan suaminya hati anjing itu dipanggangnya.  Badannya ditanamkan di depan pintu masuk.
Bagaimana dengan Dahu Morin ? ia disembunyikan ibunya dalam sebuah keranjang beralaskan kapas putih halus. Keranjang itu kemudian dibawanya ke hutan yang tak jauh dari tempat tinggalnya semula. Ditengah hutan dibuatnya sebuah pondok di atas sebatang pohon yang besar lagi tinggi. Sesudah semuanya selesai si istri kembali ke rumah. Disana ia menanti kedatangan  suaminya.
Pada suatu malam Putra Bintang dan Bulan berjalan jalan mencari Rusa dan Babi hutan di tempat Dahu Morin. Masing-masing mereka membawa serta sebatang bedil. Sesudah lama menelajahi hutan itu sampailah mereka ke tempat Dahu Morin. Tiba-tiba mereka terkejut , heran dan takjub. Sebuah pondok kecil sepi sendirian diatas sebatang pohon yang tinggi di tengah hutan yang sunyi. Keduannya segera mendapatkan tangga bambu yang tertambat dekat pohon itu. Penuh rasa ingin tahu keduannya memanjat pohon itu. Setibannya di atas pondok itu dilihatnya seorang bayi manis terbaring dalam sebuah keranjang beralaskan kapas halus. Dengan senang hati anak itu diangkat. Mereka tidak lagi mencari binatang hutan tetapi segera kembali ke langit membawa bayi itu. Anak itu kemudian diserahkan kepada orang tua Bintang untuk diasuh. Begitulah anak itu makin besar dan kian bertambah cantik.
Kini Bapak Dahu Morin sudah kembali ke rumah dari perjalanannya. Mendekati rumah dilepaskan sebuah tembakan merian. Tembakan  itu segera  dibalas istrinya dengan dentuman senapan tumbuk. Mendengar balasan itu tahulah Sang Suami bahwasannya anak mereka adalah seorang wanita. Segera ia berkemas menuju  rumah. Setiba disana segera dimintanya hati anak itu. Istrinya yang sudah menyiapkan hati anjing segera mengambil dan menyerahkannya kepada suaminya. Sang suami menerima daging hati anaknya dan sesudah selesai makan ia mencuci tangan dan kakinya ditempat badan anjing itu dikuburkan. Pada saat ia mencuci tangan tak tersangka datanglah seekor burung koak hinggap pada sebatang pohon dekat istana. Dengan nada yang tinggi burung itu melambungkan suaranya :
-koak,koak,koak ……… Putri Buik Ikun telah menanam batu dan kayu. Burung itu berteriak dengan kerasnya hingga dua kali. Kata-kata itu membikin hati Raja tergugat. Ia terheran-heran mendengar kata-kata burung bodok itu. Tetapi di lain pihak ia terpaksa memeras otak untuk mengerti isi dan maksud kata-kata itu. Hatinya penuh dengan syak wasangka.
-Mungkin istriku yelah menipu saya,-pikirna dalam hati. Karena kecurigaan itu mendesaknya maka diambilllah sebuah linggis lalu digalinya kuburan itu.
Kini Raja telah tahu denga pasti bahwa ia telah ditipu istirinya. Mukanya menjadi sangat merah dan sangat marahlah ia. Dipanggilnya dua ekor anjingnya, masing-masing bernama Suit dan Sareat. Kedua anjing ini sangat galak tetapi pula sangat pintar dan menurut segala perintah tuannya. Kedua anjing itu disuruh mencari dahu Morin di hutan.inilah pesanan Tuan Raja kepada mereka :
-tangkap setiap babi hutan atau rusa yang kamu temukan. Hendaknya kamu simpan binatang-binatang yang sudah kamu tangkap di bawah pohon dekat jalan. Tetapi seandainya Dahu Morin yang kau temukan maka hendaknya kamu berbuat demikian : garuklah tanah sekitar sambil menggonggong sekuat tenaga hingga saya datang.
Sesudah menerima perintah itu kedua anjing itu pun berangkat ke hutan. Setiap babi dan rusa yang ditemukan ditindaki sesuai dengan pesanan tuannya. Sang Raja yang bengis itu mengikuti mereka dari belakang. Sesudah beberapa hari anak itu belum juga ditemukan, namun kedua anjing itu belum berhenti. Mereka mencaari lebih teliti lagi. Tempat-tempat yang tidak perlu pun  diselidiki malah hingga dua kali, sampai tiga kali. Akhirnya tibalah mereka di sebuah hutan yang lebat. Rasa-rasanya hutan itu belum pernah dimasuki orang. Kedua anjing itu menerobos masuk ke dalam hutan menjelajah hingga ke sudut-sudutnya sesudah lama mencari tibalah mereka di tengah hutan. Disitu terdapat sebatang  pohon yang tinggi,besar dan indah bangunnya. Anjing-anjing itu mengamati pohon itu sampai bagian yang kecil-kecil. Barusan mengangkat mata terlihat oleh mereka sebuah pondok kecil.lebih teliti lagi kedua anjing itu membaui sekeliling seteliti mungkin. Bau manusia belum juga mereka rasakan, tetapi bekat ketekunan akhirnya mareka berhasil. Tempat itu adalah tempat Dahu Morin,anak yang sedang mereka cari.kedua anjing itu mulai menggonggong sekuat tenaga sambil menggaruk-garuk tanah sekitar. Raja mendengar salak anjing itu dari jauh. di pasangnya telinganya baik-baik , setelah beberapa kali memasang tahulah ia bahwa itu lah salak anjing-anjingnya. Dengan cepat ia berlari menuju tempat anjing-anjingnya menggonggong. Benar,sebuah pondok anaknya. Dengan nada keras ia memanggil anak itu supaya turun , tetapi sepanjang ia memanggil tak seorang pun yang menjawab. Raja sangat marah. Dipanjatnya pondok itu untuk mengetahui hal yng sebenarnya. Tetapi ia mengalami nasib yang sama. Tak seorang pun ia dapati kecuali sebuah tikar. Meskipun demikian dugaannya yang pasti yakni tempat pernah dihuni oleh manusia,dan sudah lama ditinggalkan. Dengan berselimut amarah dendam turunlah sang Raja dan dengan teratur kembalilah ia ke rumah. Seistrinya  setibanya disana bertanyalah istrinya sebagai berikut:-Adakah tuanku menemukan anak kita ?
-tempatnya telah kosong. Yang ada Cuma sebuah tikar.rupanya tempat itu pun sudah lama ditinggalkan,-jawab Raja
Mendengar itu sedihlah hati sang istri. Tentunya anak itu sudah diterkam binatang buas.
Keadaan yang diduga si istri berlainan sekali dengan kenyataan. Dahu Morin telah di langit kini. Sekarang telah bersiap-siap untuk dikawinkan dengan Putra bintang. Segera undangan disebarkan ke seluruh permukaan langit dan bumi. Demikian orang tua Dahu Morin.
Tanpa menduga sesuatu apa pun kedua suami istri ini berangkat ke langit memenuhi undangan orang tua Bintang. Disana semua undangan disambut dengan meriah. Tetapi patut disayangkan serta disesalkan bahwa pelayanan yang memuaskan tidak seperti yang mereka harapkan. Keadaan di menyata dalam hal pengambilan tempat duduk. Bagi si istri disebuah kursi emas. Tetapi bagi sang suami disiapkan sebuah kursi kayu yang dilapisi getah berupa lem diatasnya.
Melihat perlakuan yang sangat  memalukan dan menyayat hati ini Sang Raja yang mulia merasa  sangat dipermalukan. Kecuali itu perlakuan ini sangat merendahkan martabatnya sebagai seorang Raja yang Agung dam berkuasa.
Karena malunya yang sekian mencekik,raja itu akhirnya mati terduduk di kursinya.
 






2.2 Hasil analisis unsur intrinsik cerita dongeng
       
        2.2.1 Tema

Tema merupakan pokok pemikiran ,idea atau gagasan serta sesuatu yang disampaikan kami dalam sebuah cerita dan suatu yang menjiwai cerita atau sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dalam cerita.
 Karna itu kami  mengutip tema pada kutipan paragraph yang terdapat dalam paragraph kelima kalimat pertama
Dari kutipan cerita diatas maka kami  mengambil kesimpulan dengan tema :’KEKELUARGAAN

        2.2.2 Amanat

Amanat merupakan pesan atau nasihat . disamping pada umumnya bermufakat bernilai /ajaran-ajaran  yang layak diteladani daari sudut pandang moral,kemanusiaan(humansm),budaya secara religi atau agama.
Kutipan yang berkaitan dengan amanat dalam cerita Dahu Morin tersapat dalam paragraph 13 dan 14
Dalam kutipan cerita diatas kami dapat mengambil kesimpulan dengn amanat : Dalam kehidupan sehari hari , kita harus berlaku baik kepada sesama agar kita dapat dihargai. sebaliknya kalau kita merendahkan orang maka dikemudian hari orang akan merendahkan kita.

2.2.3 Alur atau Plot

Alur/ plot merupakan peristiwa atau kejadian yang disusun menurut hubungan sebab akibat. Alur/plot juga merupakan struktur gerak dalam karya sastra. Alur memiliki tahapan yang disebut struktur alur yaitu :
1. Eksposisi yaitu tahapan pengenalan tokoh dengan peristiwa-peristiwa.
Eksposisi yang terdapat dalam cerita dongeng dalam Dahu Morin yaitu “ disebuah negeri berdiamlah seorang Raja beserta Permaisurinya. Keduanya hidup rukun dan tentram.”
2. komplikasi yaitu tahapan yang ditandai dengan kejadian-kejadian yang gawat atau rumit yang menyebabkan adanya komplik ( fisik maupun batin ) para tokoh.
Komplikasi yang terdapat dalam cerita dongeng Dahu Morin terdapat pada paragaf 9.
3. klimaks yaitu puncak peristiwa. Dalam tahapan ini tokoh terutama protagonis harus menentukan sikap untuk berani bertanggung resiko atau kalah , hidup dan mati.
Klimaks yang terdapat dalam cerita dongeng Dahu Morin terdapat dalam paragraph 10.
4. Antiklimaks yaitu peleraian,ketegangan mulai menurun tanpa adanya jalan keluar menuju penyelesaian masalah.
Antiklimaks dalam cerita dongeng Dahu Morin diatas terdapat dalam paragraph 12.
5. konklusi yaitu penyelesaian : ketegangan mulai menurun,situasi yang semakin mendingin mendapatkan penyelesaian.
Konklusi dalam cerita dongeng Dahu Morin diatas terdapat dalam paragraph 13 dan 14.

2.2.4 SETTING/LATAR

Latar/setting merupakan tempat,waktu,dan suasana lingkungan.
Dari kutipan cerita diatas kami dapat mengambil kesimpulan dengan latar/setting yaitu:
1. Setting tempat:
a.diluar negri
b.kerajaan
c.di depan pintu masuk
2. Setting waktu:        
a.lamalah sudah
b.satu dua hari
3. Setting suasana:
a.cemas

2.2.5 PENOKOHAN/PERWATAKAN

Penokohan merupakan  watak atau karakter tokoh cerita yang dipaparkan oleh pengaran.Ada tokoh yang mempunyai sifat pemarah,pemalu,penyubar,dan rajin.
Dalam kutipan cerita dongeng kami menganalisis cerita donggeng dengan penokohan sebagai berikut:
1) Tokoh antagonis dalam kutipan cerita diatas adalah:
a.    RAJA karna:raja ingin memakan hati anaknya sendiri

2)   Tokoh Protagonis dalam kutipan cerita diatas adalah :
a. PERMAISURI , karna ia menyembunyikan anaknya dalam sebuah keranjang beralas kapas putih halus.
3) Tokoh tritagonis dalam kutipan cerita diatas adalah:
a. PUTRI BINTANG dan PUTRA BULAN , karena mereka yang membawa dan menyembunyikan Dahu Morin ke langit
b. Orang tua BINTANG , karena Orang Tua Bintang mengasuh Dahu Morin dengan baik
c. Dua ekor anjing , karena Dua ekor anjing membantu Raja mencari Dahu Morin di hutan

          2.2.6 SUDUT PANDANG
Sudut pandang merupakan cara pandang terhadap suatu peristiwa dalam karya sastra. Sudut pandang berkaitan cara penulis menempatkan diri dalam cerita. Dari kutipan cerita diatas kami dapat menyimpulkan bahwa cerita Dahu Morin menggunakan “sudut pandang orang ketiga”. Karena dalam cerita tersebut penulis tidak berperan  langsung. Tetapi dia menceritakan tentang isi hati pelaku.

        2.2.7 GAYA BAHASA
Gaya bahasa merupakan : suatu cara mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan bahasa yang indah dan personal.
Majas adalah suatu cara mengekspresikan pemikiran dan perasaan.dengan bahasa yang indah dan personal. Berdasarkan cerita “ DAHU MORIN” , Maka kami mengambil kesimpulan bahwa gaya bahasa yang digunakan adalah majas perbandingan yaitu majas hiperbola.
Hiperbola ialah majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
1.     Hari-hari berlalu semakin memperpendek masa penantian kelahiran
2.    Kian hari kian ia bertambah besar
3.    Dengan nada yang tinggi burung itu melambungkan suaranya
4.    Hatinya penuh dengan syak wasangka
5.    Dengan berselimut amarah dendam turunlah sang Raja dan dengan teratur kembalilah ia kerumah
6.    Karna malunya yang sekian mencekik Raja itu akhirnya mati terduduk di kursinya

2.3 Hasil analisis unsur ekstrinsik
       
        2.3.1 Nilai moral
Berdasarkan analisis cerita Dahu Morin , maka kami menarik kesimpulan bahwa nilai moral yang terkandung dalam cerita diatas yaitu :
ü  Rasa belas kasihan seorang ibu terhadap anaknya
ü  Hendaknya kita peduli terhadap sesama
ü  Setia dalam tugas
ü  Hendaknya kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan
ü  Keterbukaan hati diperlukan dalam hubungan dengan orang di sekitar kita

                   2.3.2 Nilai sosial
Nilai sosial yang terkandung dalam cerita diatas yaitu :
ü  Membantu sesama yang lemah
ü  Tidak saling membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama

                   2.3.3 Nilai Agama
Nilai agama yang terkandung dalam cerita :
ü  Menghargai hidup orang lain
ü  Amal yang baik pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal



                       

Tidak ada komentar:
Write Comments

© 2014 KOBEPA-ROCK013. Designed by Enago Kobepa
Powered by Anak Cenderawasih.