METODE PENAMBANGAN & PEMILIHANNYA
Pembagian
Metode Penambangan.
Secara
garis besar metode penambangan dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
- Tambang terbuka (surface mining) : adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar.
- Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining) : adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar.
- Tambang bawah air (underwater mining) : adalah metode penambangan yang kegiatan penggaliannya dilakukan di bawah permukaan air atau endapan mineral berharganya terletak dibawah permukaan air.
Tambahan
- Tambang Ditempat (Insitu Mining or Novel Mining).
Pemilihan
metode penambangan dilakukan berdasarkan pada keuntungan terbesar yang akan
diperoleh, bukan berdasarkan letak dangkal atau dalamnya suatu endapan, serta
mempunyai perolehan tambang (mining recovery) yang paling baik.
Dari
4 kelompok besar metode penambang tersebut menurut Hartman, 1987 dibagi-bagi
menjadi metode-metode penambangan yang lebih spesifik seperti pada Tabel 3.1
berikut.
Tabel
3.1. Klasifikasi Metode Penambangan, (Hartman, 1987)
SISTEM
|
KELAS
|
METODE
|
BAHAN GALIAN
|
Konvensional
|
|||
Tambang Terbuka
|
MekanisAquaeous
|
Open pit mining*Quarrying*
Opencast
mining*
Auger
mining
Hydraulicking*
Dregding
*
|
Metal, non-metalNon-metal
Batubara,
non-metal
Batubara,
metal, non-metal
Metal,
non-metal
Metal,
non-metal
|
TambangBawah Tanah
|
Swa-sangga (Self-supported)
|
Room & Pillar mining*Stope & Pillar
mining*
Underground
gloryhole
Gophering
Shrinkage
stoping
Sublevel
stoping *
|
Batubara, non-metalMetal, non-metal
Metal,
non-metal
Metal,
non-metal
Metal,
non-metal
Metal,
non-metal
|
Berpenyangga buatan (Supported)
|
Cut & Fill stoping *Stull stoping
Square
set stoping
|
MetalMetal
Metal
|
|
Ambrukan (Caving)
|
Longwall mining *Sublevel caving
Block
caving *
|
Batubara, non metalMetal
Metal
|
|
Inkonvesional
|
|||
Novel
|
Penggalian cepatAutomasi, Robotik
Gasifikasi
bawah tanah
Retorting
bawah tanah
Tambang
samudera
Tambang
nuklir
Tambang
luar bumi
|
Batuan kerasSemua
Batubara,
batuan lunak
Hidrokarbon
Metal
Non-batubara
Metal,
non-metal
|
Pemilihan Metode Penambangan Dalam kegiatan
penambangan, aturan utamanya adalah memilih suatu metoda penambangan yang
paling sesuai dengan karakteristik unik (alam, geologi, lingkungan dan
sebagainya) dari endapan mineral yang ditambang di dalam batas keamanan,
teknologi dan ekonomi, untuk mencapai ongkos yang rendah dan keuntungan yang
maksimum. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tersebut adalah :
- Karakteristik spasial dari endapan
Factor-faktor
ini merupakan faktor penting yang dominan karena umumnya sangat menentukan
dalam pemilihan metode penambangan antara tambang terbuka dengan tambang bawah
tanah, penentuan tingkat produksi, metode penanganan material, dan bentuk
tambang dalam badan bijih. Factor-faktor tersebut meliputi :
- Ukuran (dimensi, terutama tinggi dan tebal)
- Bentuk (tabular, lenticular, massive, irregular)
- Orientasi (dip/inklinasi)
- Kedalaman (rata-rata dan nilai ekstrem, yang akan berimbas pada stripping ratio)
- Kondisi geologi dan hidrogeologi
Karakteristik
geologi, baik dari badan bijih maupun batuan samping, akan mempengaruhi
pemilihan metode penambangan, terutama dalam pemilihan antara metode selektif
dan nonselektif serta pemilihan system penyanggaan pada system penambangan
bawah tanah. Hidrologi berdampak pada kebutuhan akan penyaliran dan pemompaan,
sedangkan aspek mineralogy akan menentukan syarat-syarat pengolahan.
- Mineralogi dan petrologi (Sulfida vs Oksida),
- Komposisi kimia
- Struktur endapan (lipatan, sesar, ketidakmenerusan, intrusi)
- Bidang lemah, (kekar, rekahan)
- Keseragaman, alterasi, erosi (zona dan daerah pembatas)
- Air tanah dan hidrologi (kemunculan, debit aliran dan muka air)
- Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan) untuk bijih dan batuan sekelilingnya. Hal-hal ini akan mempengaruhi pemilihan peralatan pada system penambangan terbuka dan pemilihan klas metode dalam system tambang bawah tanah (swasangga, berpenyangga atau ambrukan)
- Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas, lengas)
- Sifat elastik (kekuatan, modulus elastik, nisbah, dan lain-lain)
- Perilaku elastik atau visko elastik (flow, creep)
- Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)
- Konsolidasi, kompaksi dan kompeten (kemampuan bukaan pada kondisi tanpa penyangga)
Konsiderasi
ekonomi
Faktor-faktor
ini akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa pengembalian dan
keuntungan. Faktor ini meliputi :
- Cadangan (tonase dan kadar),
- Produksi,
- Umur tambang,
- Produktivitas,
- Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang cocok
- Faktor teknologi
Kondisi
paling cocok antara kondisi alamiah endapan dan metode penambangan adalah yang
paling diinginkan. Sedangkan metode yang tidak cocok mungkin tidak banyak
pengaruhnya pada saat penambangan, tetapi kemungkinan akan mempengaruhi pada
kegiatan pendukung tambang/terusannya (pengolahan, peleburan, dll). Yang termasuk
dalam faktor teknologi adalah :
- Perolehan tambang, Dilusi (jumlah waste yang dihasilkan dengan bijih),
- Ke-fleksibilitas-an metode dengan perubahan kondisi,
- Selektifitas metode untuk memisahkan bijih dan waste,
- Konsentrasi atau dispersi pekerjaan,
- Modal, pekerja dan intensitas mekanisasi
- Faktor lingkungan
Factor
lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa lingkungan fisik saja, tetapi juga
meliputi lingkungan social-politik-ekonomi. Yang termasuk dalam faktor
lingkungan adalah :
Prosedur
pemilihan metoda penambangan secara ringkas dapat ditunjukkan oleh Gambar 3.1.
Gambar
3.1. Prosedur pemilihan metode penambangan
Metode
dan prinsip penambangan yang telah dijelaskan sebelumnya melibatkan
masalah-masalah geomekanika dan operasional. Pengelola industri harus
bisa memilih metode panambangan yang paling tepat untuk cebakan bijih
tertentu. Selain karakteristik badan bijih yang mempengaruhi pemilihan metode
panambangan, karakteristik operasional khusus untuk setiap metode penambangan
secara langsung juga ikut mempengaruhi pemilihan metode penambangan.
Karekteristik
operasional tersebut meliputi:
ü
Skala penambangan
ü
Laju produksi
ü
Selektivitas
ü
Persyaratan pekerja
ü
Keluwesan ekstraksi
Keputusan
terakhir dalam pemilihan metode penambangan akan merefleksikan sifat-sifat
mekanik dari badan bijih dan lingkungannya serta hal-hal teknik praktis lain.
Misalnya, non-selective method seperti block caving tidak akan diterapkan pada
cebakan bijih dimana selective recovery diperlukan, walaupun cebakan tersebut
sangat sesuai untuk ditambang dengan metode block caving.
Kadang-kadang
muncul permasalahan bahwa pemilihan metode penambangan dapat menimbulkan
beberapa kesulitan teknis. Kesulitan yang timbul adalah bagaimana menggabungkan
bebarapa faktor yang berpengaruh agar bisa memutuskan metode penambangan yang
sesuai untuk suatu cebakan bijih. Berdasarkan perkembangan filosofi dan sejarah
ilmu pertambangan, metode penambangan dikembangkan untuk dapat mengakomodir dan
mengeksploitasi beberapa kondisi penambangan. Prosedur paling baik yang dapat
dikembangkan dalam pemilihan metode penambangan adalah dengan melibatkan logika
berpikir suatu sistem komputer.
Pemilihan
metode panambangan sulit diterapkan bila berhadapan dengan badan bijih besar
yang harus ditambang dengan dua metode panambangan yang berbeda, misalnya block
caving dan open stoping. Block caving akan menjadi metode yang lebih disukai
karena jumlah tenaga kerja yang sedikit, biaya per tonne yang rendah dan keuntungan-keuntungan
teknis lainnya. Prasyarat utama yang harus dipenuhi adalah bahwa ambrukan dapat
diinisiasi pada badan bijih dan merambat dengan kecepatan konstan melalui badan
bijih sebagai broken ore. Kapan ambrukan dapat diterapkan pada suatu badan
bijih ? Jawabannya bukan hal yang sederhana. Solusi praktis untuk menjawab
pertanyaan ini (mengerti tentang mekanisme ambrukan) dapat ditemukan pada
klasifikasi geomekanik yang dimodifikasi berdasarkan kondisi massa batuan di
daerah penambangan.
Tujuan utama dalam pemilihan suatu metode untuk
menambang suatu endapan mineral adalah dalam rangka merancang suatu sistem
eksploitasi yang paling sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam hal ini
pengalaman berperan utama dalam pengambilan keputusan, yang memerlukan banyak pertimbangan
berdasarkan evaluasi rekayasa. Evaluasi tersebut dilakukan dalam tiga tahap
seperti pada Gambar 3.1, yaitu studi
konseptual, studi rekayasa, dan studi rancangan
rinci. Hasilnya ialah sebuah laporan rekayasa final.Contoh pedoman untuk
penentuan metode penambangan terbuka berdasarkan kekuatan bijih dan batuan di
sekitarnya serta geometri cadangan menurut Hartman (1987) dapat dilihat pada
Tabel 3.2.
Resume
dari tabel tersebut adalah :
- Tambang terbuka umumnya lebih serba guna, terutama berkaitan dengan kekuatan bijih dan batuan samping, dip endapan, dan kadar bijih, tetapi sangat bergantung dengan bentuk dan ukuran endapan, keseragaman kadar dan kedalaman (keduanya mutlak dan bergantung pada nisbah kupas/stripping ratio)
- Penerapan ideal pada endapan yang besar, perlapisan datar (atau massif) dengan sebaran secara mendatar luas dan tebal dan keterdapatannya dekat permukaan.
- Kurang cocok untuk endapan yang kecil, tipis, kadar tidak merata, kemiringan besar dan posisinya dalam.
- Penambangan dengan ekstraksi mekanis lebih konvensional, banyak diterapkan, mudah dalam pelaksanaannya dan fleksibel dalam perubahan metode penambangan.
- Penambangan dengan ekstraksi aqueous lebih murah dan cocok untuk diterapkan pada endapan kecil dengan kadar yang bervariasi, tetapi sangat terbatas penerapannya pada endapan yang rentan terhadap terhadap air dan jika pemenuhan kebutuhan air memerlukan biaya yang mahal.
Sedangkan
contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan bawah tanah berdasarkan
kekuatan bijih dan batuan di sekitarnya serta geometri cadangan menurut Hartman
(1987) dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel
3.2. Pemilihan Metode Penambangan Terbuka Berdasarkan Kekuatan Bijih Dan Batuan
Serta Geometri Cadangan
konseptual, studi rekayasa, dan studi rancangan rinci. Hasilnya ialah sebuah laporan rekayasa final.
konseptual, studi rekayasa, dan studi rancangan rinci. Hasilnya ialah sebuah laporan rekayasa final.
Contoh
pedoman untuk penentuan metode penambangan terbuka berdasarkan kekuatan bijih
dan batuan di sekitarnya serta geometri cadangan menurut Hartman (1987) dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
Resume
dari tabel tersebut adalah :
- Tambang terbuka umumnya lebih serba guna, terutama berkaitan dengan kekuatan bijih dan batuan samping, dip endapan, dan kadar bijih, tetapi sangat bergantung dengan bentuk dan ukuran endapan, keseragaman kadar dan kedalaman (keduanya mutlak dan bergantung pada nisbah kupas/stripping ratio)
- Penerapan ideal pada endapan yang besar, perlapisan datar (atau massif) dengan sebaran secara mendatar luas dan tebal dan keterdapatannya dekat permukaan.
- Kurang cocok untuk endapan yang kecil, tipis, kadar tidak merata, kemiringan besar dan posisinya dalam.
- Penambangan dengan ekstraksi mekanis lebih konvensional, banyak diterapkan, mudah dalam pelaksanaannya dan fleksibel dalam perubahan metode penambangan.
- Penambangan dengan ekstraksi aqueous lebih murah dan cocok untuk diterapkan pada endapan kecil dengan kadar yang bervariasi, tetapi sangat terbatas penerapannya pada endapan yang rentan terhadap terhadap air dan jika pemenuhan kebutuhan air memerlukan biaya yang mahal.
Sedangkan
contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan bawah tanah berdasarkan
kekuatan bijih dan batuan di sekitarnya serta geometri cadangan menurut Hartman
(1987) dapat dilihat pada Tabel 3.3.
bisa
memutuskan metode penambangan yang sesuai untuk suatu cebakan bijih.
Berdasarkan perkembangan filosofi dan sejarah ilmu pertambangan, metode
penambangan dikembangkan untuk dapat mengakomodir dan mengeksploitasi beberapa
kondisi penambangan. Prosedur paling baik yang dapat dikembangkan dalam
pemilihan metode penambangan adalah dengan melibatkan logika berpikir suatu
sistem komputer.Pemilihan metode panambangan sulit diterapkan bila berhadapan
dengan badan bijih besar yang harus ditambang dengan dua metode panambangan
yang berbeda, misalnya block caving dan open stoping. Block caving akan menjadi
metode yang lebih disukai karena jumlah tenaga kerja yang sedikit, biaya per
tonne yang rendah dan keuntungan-keuntungan teknis lainnya. Prasyarat utama
yang harus dipenuhi adalah bahwa ambrukan dapat diinisiasi pada badan bijih dan
merambat dengan kecepatan konstan melalui badan bijih sebagai broken ore. Kapan
ambrukan dapat diterapkan pada suatu badan bijih ? Jawabannya bukan hal yang
sederhana. Solusi praktis untuk menjawab pertanyaan ini (mengerti tentang
mekanisme ambrukan) dapat ditemukan pada klasifikasi geomekanik yang
dimodifikasi berdasarkan kondisi massa batuan di daerah penambangan.
Tujuan utama dalam pemilihan suatu metode untuk
menambang suatu endapan mineral adalah dalam rangka merancang suatu sistem
eksploitasi yang paling sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam hal ini
pengalaman berperan utama dalam pengambilan keputusan, yang memerlukan banyak
pertimbangan berdasarkan evaluasi rekayasa. Evaluasi tersebut dilakukan dalam
tiga tahap seperti pada Gambar 3.1, yaitu studi

Tabel
3.2. Pemilihan Metode Penambangan Terbuka Berdasarkan Kekuatan Bijih Dan Batuan
Serta Geometri Cadangan
Kekuatan bijih
|
Klasifikasi sistem
penambangan
|
Geometri
cadangan
|
Metode Penambangan
|
|
Bijih : kuat
sampai moderat
|
Tabular, datar, tipis, ukuran besar
|
Room & Pillar
|
||
Swa – SanggaSelf – Supported
|
Tabular, datar, tebal,ukuran besar
|
Stope & Pillar
|
||
Batuan : kompeten (tidak runtuh meski tidak
disangga)
|
Tabular, miring, tipis,ukuran sembarang
|
Shrinkage Stoping
|
||
Tabular, miring, tebalukuran besar
|
Sub-level Stoping
|
|||
Bijih:
Moderat
sampai lemah
|
Bentuk tak teratur, miring, tipis, ukuran
sembarang
|
Cut & Fill Stoping
|
||
Penyangga buatanArtifically supported
|
Tabular, miring, tipis, ukuran kecil
|
Stull Stoping
|
||
Batuan: Inkompeten (runtuh jika tidak disangga)
|
Bentuk, kemiringan ukuran sembarang, tebal
|
Square Set Stoping
|
||
Bijih :
Moderat sampai
lemah
|
Tabular, datar, tipis, ukuran besar
|
Longwall
|
||
AmbrukanCaving
|
Tabular atau masif, miring,
|
Sub-level caving
|
||
Batuan : cavable (dapat ambruk)
|
Masif, miring, tebal, ukuran besar
|
Block Caving
|
Tidak
terlepas dari pedoman di atas, terdapat pedoman umum dalam menentukan apakah
akan menggunakan tambang bawah tanah atau tambang terbuka. Metode tambang bawah
tanah diterapkan jika kedalaman endapan, dan atau nisbah pengupasan (stripping
ratio) overburden terhadap bijih (atau batubara atau mineral berharga lainnnya)
menjadi sangat besar untuk ditambang dengan metode tambang terbuka.
Metode
penambangan yang biasa diterapkan didasarkan pada cara penyanggaan (lihat pada
Gambar 3.2). Pada gambar ini ditunjukkan bagaimana perubahan pada
perpindahan dan strain energy di daerah near field.
Laubscher
(1977) melakukan penelitian tentang hubungan antara sifat geomekanik batuan
dengan kemudahan caving atau stoping. Pola pengklasifikasian yang disusun
oleh Laubscher menampilkan hasil korelasi antara kinerja metode
penambangan dengan kondisi massa batuan di dalam serta di sekitar badan
bijih asbestos dan emas di Zimbabwe. Pola Laubscher merupakan
pengembangan asli dari teknik klasifikasi geomekanik lainnya. Penerapan
pola Laubscher dalam pemilihan metode panambangan dan aspek-aspek lain dalam
perencanaan dan perancangan tambang telah dijabarkan oleh Laubscher (1981)
seperti ditunjukkan pada Tabel 3-4.
Klasifikasi
Laubscher memberikan perkiraan kuantitatif atau indeks sifat massa batuan
(angka dalam interval 0-100) yang digunakan untuk menentukan urutan kelas
(1-5). Setiap kelas berada pada interval indeks 20. Kelas 1 massa
batuan diartikan kondisi insitu material dengan kekuatan tinggi, frekuensi
kekar yang kecil, kuat gesar kekar yang tinggi, dan tekanan air yang rendah.
Berdasarkan uraian ringkas tentang mekanisme ambrukan yang diberikan pada
bagian awal, jelas bahwa massa batuan dengan urutan kelas yang tinggi
tersusun oleh kekar yang banyak dan bersifat getas, akan sangat sesuai bila
dilakukan ambrukan.
Penyelidikan
Laubscher dapat menerangkan hubungan langsung antara nomer kelas dengan faktor
kinerja, misalnya kecenderungan massa batuan untuk menahan ambrukan (seperti
cavability), ukuran butiran bijih, keperluan secondary blasting pada drawpoint
(yang mempunyai hubungan terbalik dengan fragmentasi alami) dan kebutuhan
dimensi undercut untuk menginisiasi ambrukan. Parameter terakhir dijelaskan
sebagai jari-jari hidraulik ekivalen, misalnya perbandingan luas undercut
terhadap keliling undercut untuk menghitung geometri penggalian.
Interpretasi
data pada Tabel 3-4 menunjukkan bahwa untuk kelas geomekanik 3-5 lebih baik
menerapkan metode penambangan ambrukan. Untuk kelas 1 dan 2, metode penambangan
open stope akan lebih baik diterapkan. Sebagai tambahan, Tabel 3-1 tidak
selamanya harus dijadikan patokan, karena dapat juga memperhitungkan kondisi
lainnya. Misalnya untuk kelas geomekanik III-3, penerapan ambrukan dapat
dilakukan dengan memperhitungan orientasi kekar dan pengaruhnya terhadap
ambrukan. Kendorski (1978) menyebutkan perlu adanya critical factor dalam
mengaplikasikan ambrukan pada badan bijih bila terdapat kekar sub-horisontal.
Informasi
pada Tabel 3-4 untuk ukuran undercut akan sangat berguna dalam memperkirakan
tata latak ambrukan. Misalnya untuk panel ambrukan dengan penggalian
undercut segiempat, dan kelas massa batuan 4, rata-rata jari-jari ekivalen yang
disarankan adalah 14 m dengan dimensi undercut 56 m. Perhitungan dimensi
undercut harus dilengkapi dengan analisis detail kondisi spesifik
massa batuan, misalnya kondisi tegangan insitu dan kekuatan massa
batuan. Bagaimanapun bagusnya klasifikasi geomekanik tersebut, hal
tersebut diperoleh berdasarkan pengalaman, sehingga masih diperbolehkan
keputusan-keputusan lain dalam aplikasinya.
Tabel
3-4. Unjuk kerja ambrukan untuk berbagai kelas geomekanik dari massa batuan
(Laubscher, 1981).
Kelas geomekanik
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Cavability |
Tidak terjadi
|
Buruk
|
Sedang
|
Baik
|
Sangat baik
|
Ukuran fragmen
|
–
|
Besar
|
Sedang
|
Kecil
|
Sangat kecil
|
Secondary blasting
|
–
|
Tinggi
|
Medium
|
Kecil
|
sangat kecil
|
Dimensi undercut (m)*
|
–
|
30
|
30 – 20
|
20 – 8
|
8
|
3.3.
TAMBANG TERBUKA ATAU TAMBANG BAWAH TANAH
Operasi
penambangan meliputi : pemboran dan peledakan yang dilakukan untuk memecah
batuan, pemuatan dan pengangkutan, atau dapat juga ditambahkan proses peremukan
bijih untuk menghasilkan ukuran yang sesuai. Operasi tersebut dapat
diterapkan pada tambang bawah tanah, open pit, atau penambangan di laut.
Operasi yang sama juga dilakukan pada berbagai pekerjaan konstruksi, misalnya
pembuatan jalan, PLTA, dll. Sebelum sampai pada analisis ekonomi yang
sangat mempengaruhi pemilihan tambang bawah tanah atau open pit dan
pada kondisi bagaimana harus dilakukan perubahan dari open pit ke
tambang bawah tanah atau sebaliknya, sangat menarik bila dipertimbangkan
beberapa faktor-faktor umum.
3.3.1.
Tambang Terbuka vs Tambang Bawah Tanah
3.3.1.1.
Produksi
Tabel
3-5 menunjukkan jumlah material yang ditangani pada penambangan open pit dan
tambang bawah tanah di tahun 1973. Di dunia barat, industri pertambangan dapat
menangani material sebanyak 3 milyar ton bijih/ tahun.
Metode
penambangan bervariasi sesuai dengan jenis logamnya. Bijih besi dan
tembaga lebih sering ditambang dengan metode open pit. Untuk emas, nikel,
timbal, dan seng lebih sering ditambang dengan metode bawah tanah.
Tabel
3-5. Jumlah material yang dipindahkan selama penambangan dan pekerjaan
konstruksi tahun 1973 (Committee for Mineral Policy, 1978)
106 m3
|
%
|
|
Penambangan
Terbuka
Bawah
tanah
|
1550
620
|
41
17
|
Pekerjaan konstruksi
Terbuka
Bawah
tanah
|
1450
130
|
39
3
|
3750
|
100
|
Jumlah
penambangan bijih dengan open pit bervariasi untuk setiap negara. Di USA
sekitar 85% penambangan bijih logam dilakukan melalui open pit tetapi untuk
negara Swedia hanya 30%.
Tabel
3-6 memperlihatkan jumlah penambangan open pit dan bawah tanah di dunia barat
yang menghasilkan 150.000 ton bijih/ tahun (tidak termasuk tambang
batubara). Tabel 3-5 dapat mewakili 90% produksi tambang di seluruh
belahan dunia yang meningkat dari 1.900 juta sampai 3-500 juta ton per tahun
selama periode 1968-1977.
Tabel
3-6 menunjukkan bahwa produksi tambang meningkat bukan karena peningkatan
jumlah industri pertambangan, tetapi lebih dikarenakan perluasan daerah
penambangan. Jumlah industri pertambangan besar meningkat, dan selama
periode waktu yang sama, jumlah tambang kecil dan medium meningkat dengan
konstan atau sebaliknya menurun menjadi semakin kecil.
3.3.1.2.
Perkembangan Produksi
Perkembangan
teknis yang cepat selama beberapa dekade terakhir menghasilkan peningkatan
produktivitas yang tinggi. Produktivitas menunjukkan peningkatan yang lebih
besar pada tambang-tambang besar dibandingkan tambang-tambang kecil serta lebih
tinggi diperoleh dari tambang terbuka daripada tambang bawah tanah. Pada
tambang terbuka hanya terdapat sedikit pembatasan untuk bisa mempergunakan
mesin-mesin dengan kapasitas yang besar, berbeda dengan tambang bawah tanah
yang dibatasi oleh ruang kerja yang sempit.
Pada
studi perbandingan antara tambang terbuka di USA dengan tambang bawah tanah di
Swedia yang telah dilakukan beberapa memperlihatkan bahwa produksi tambang
terbuka per tambang secara berkala lebih menunjukkan peningkatan dibandingkan
tambang bawah tanah, tetapi prosentase peningkatan lebih besar terjadi pada
tambang bawah tanah. Sejak awal abad masehi, untuk tambang terbuka produktivitas
meningkat sebanyak 250% dan untuk tambang bawah tanah 350%, dan produktivitas
mulai meningkat akhir-akhir ini pada tambang bawah tanah besar dibandingkan
tambang bawah tanah kecil.(DK)
PERENCANAAN TAMBANG DAN METODE PEMILIHANNYA
BalasHapus